Page 21 - MAJALAH 102
P. 21

Bagaimana memajukan pendidikan Indonesia?        yang sangat strategis. Namun sayang sekali, meskipun
                                                               dalam UU dikatakan bahwa 20% APBN digunakan untuk
              “Saat ini, kita sedang persiapkan apa yang disebut  pendidikan, tetapi diakal-akali karena didalamnya
            dengan generasi emas. Ketika kita akan merayakan 100  termasuk gaji guru, sarana prasarana dan lain-lainnya.
            tahun kemerdekaan nasional, anak-anak sekarang yang
            berumur 6 sampai 12 tahun akan menjadi manusia umur   “Saya masih ingat, waktu orde baru dimulai dan banyak
            40 tahunan yang sangat produktif pada tahun 2045  kelemahan di orde ini, pemerintah mengumpulkan
            kelak. Namun budaya konsumerisme, sehingga anak-   para ahli dari berbagai bidang, mengumpulkan dan
            anak lupa Indonesia itu. Coba kita lihat di mall-mall itu,  merumuskan  bagaimana  sebenarnya  tujuan  dan
            ada anak yang umurnya 4 sampai 5 tahun ngomongnya  program pendidikan itu sendiri. Jadi bukan dimulai
            Bahasa Inggris, bagaimana iu cara membinanya?” heran  dengan  orang  yang  tidak  tahu  diri  kan?  Tapi  dari
            Tilaar.                                            berbagai ahli yang dikumpulkan dan merumuskan
                                                               program pendidikan. Dari situlah, ini menjadi input pada
              Untuk  memajukan  pendidikan  Indonesia,  Tilaar  waktu itu untuk pengembangan program pendidikan.
            menyarankan untuk mulai lagi dari nol. Kembali kepada  Bukan untuk kepentingan seseorang, tapi generasi kita
            jiwa roh UUD Indonesia, tidak terombang-ambing  yang akan datang,” jelas penerima Man of The Year
            dengan  paham  liberalisme  dan  hanyut  pada  arus  Commemorative Medal dari American Biographical
            perubahan global.                                  Institute di tahun 2003 ini.

              “Oleh sebab itu, kita harus kembali kepada identitas   Jadi, tambah Tilaar, secara profesional, pendidikan
            kita sebagai bangsa Indonesia. Apa identitas kita? Kita  Indonesia harus dirembukkan dengan kembali ke jiwa
            ini bangsa yang luar biasa, barangkali secara potensial  dasar UUD 1945. Bagaimana agar pendidikan itu sebagai
            tidak  ada  bangsa  yang  lain  dibandingkan  dengan  bagian dari kebudayaan nasional, bukan kebudayaan
            bangsa Indonesia. Karena apa? Kita mempunyai tiga  yang  lain.  Kebudayaan  nasional  mengembangkan
            modal besar, yaitu kekayaan alam yang luar biasa,  potensi yang luar biasa antar bangsa ini. Kebudayaan
            alam dan pulau-pulaunya yang luar biasa. Yang kedua,  nasional itu sesuatu yang menjadi, yang bukan sudah
            kita  mempunyai  kekayaan  budaya  yang  tidak  ada  ada, tapi harus dibangun melalui pendidikan.
            tandingannya dibandingkan dengan bangsa-bangsa
            yang lain, luar biasa. Ketiga, kita mempunyai sumber   “Kebudayaan  nasional  adalah  puncak-puncak
            daya manusia yang melimpah di dunia. Apakah kita  kebudayaan daerah. Itu rumusan di dalam penjelasan.
            sudah coba kembangkan secara profesional? Apakah kita  Jadi harus dikembangkan dari daerah. Setiap daerah
            bersaing dan membenahi diri kita sendiri? Bagaimana  mengembangkan  yang  terbaik  dan  yang  terbaik
            memanfaatkan potensi daerah kita yang seharusnya  disumbangkan untuk Indonesia. Inilah kebudayaan
            mengembangkan dari bawah?” tegas Tilaar.           Indonesia. Jadi, Indonesia itu bukan sesuatu yang sudah
                                                               ada dan diberikan, tapi sesuatu yang terus-menerus kita
              Ia meyakinkan bahwa tiga modal ini sangat luar biasa.  bangun menjadi bangsa yang luar biasa. Itulah mimpi
            Dan inilah yang harus dikembangkan melalui pendidikan  kita,” yakin Tilaar. (sf, mp, spy)


                                                                                PARLEMENTARIA  EDISI 102 TH. XLIII, 2013  21
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26