Page 19 - MAJALAH 159
P. 19
SUMBANG SARAN
produk-produk narkoba baru yang terus
bermunculan. Apabila tidak direspon
dengan cepat oleh peraturan yang berlaku
maka akan banyak bandar/produsen
narkoba yang bebas, sementara masyarakat
negeri ini yang akan menjadi korban,
terutama pada generasi produktif, yang
amat diperlukan oleh negara ini.
Angka prevalensi penyalahgunaan
narkoba pernah pakai dan setahun
mengindikasikan cenderung menurun
sejak tahun 2005 pada berbagai kelompok
survei utama narkoba. BNN sejak tahun
2005 telah melakukan survei berskala
nasional memantau perkembangan angka
KEtERANgAN WARNA:
prevalensi penyalah-gunaan narkoba KREm - RUmAH tANggA; ABU-ABU - PELAJAR & mAHASiSWA; PUtiH - PEKERJA.
pada tiga populasi besar: pekerja, pelajar tren angka prevalensi penyalah-gunaan narkoba, indonesia 2005-2015
dan populasi umum. Data menunjukkan Sumber: BNN & PPKUi, 2005-2015
kecenderungan penurunan angka
prevalensi penyalah-gunaan narkoba melanggarnya dapat dikategorikan tindak UU Narkotika dan Peraturan Menteri
pada ketiga kelompok sasaran. Ini pidana. Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014 Tentang
mengindikasikan bahwa upaya pencegahan Aspek pidana dari UU ini menjadi Penggolongan Narkotika.
peredaran narkoba telah berhasil wacana yang menarik minat politisi, Perubahan penggolongan narkotika
diupayakan oleh pemerintah. aparat polisi, militer, maupun media. Ini seharusnya menjadi bagian dari evaluasi
Namun, tidak dipungkiri diperlukan menyebabkan sering kali jumlah kasus menyeluruh terhadap pelaksanaan
upaya yang lebih keras dan inovatif dari penangkapan, penggerebekan, serta maupun dampak sosial dan kesehatan
pemerintah untuk mencegah peredaran besaran penyitaan barang bukti menjadi dari UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang
narkoba yang lebih meluas. Karena para indikator efektivitas kinerja lembaga, pun Narkotika. Pertanyaannya, sejauh
bandar atau produsen narkoba tidak menjadi ukuran efektivitas dari kebijakan mana penggolongan ini mengikuti
pernah berhenti berinovasi atas produk itu sendiri (Willis, Anderson, & Homel, perkembangan penelitian, khususnya
narkoba dengan mengeluarkan produk- 2011). penelitian untuk meningkatkan kualitas
produk baru yang tidak masuk dalam Kritik terhadap pendekatan pidana kesehatan manusia seperti yang menjadi
kategori narkoba menurut undang-undang sudah digaungkan sejak abad lalu, dari tujuan UU Nomor 35 Tahun 2009?
yang berlaku dinegeri ini. Inovasi produk misalnya oleh George Edison yang menilai Hasil ulasan (literature review) terkini
yang dilakukan dengan cara memodifikasi bahwa pendekatan pidana membawa dari penelitian-penelitian mengenai ganja
rantai kimia dari narkoba lama. Potensi efek samping yang jauh lebih merusak sudah banyak menunjukkan potensi
ekstraksi bahan kimia ini membuat daripada hal yang dikategorikan sebagai manfaat ganja sebagai terapi bagi penyakit
produsen narkoba terus bereksplorasi. tindak pidana itu sendiri (Edison, 1978). akut maupun kronis (Baron, 2015; Grant,
Dari dalam negeri sendiri, banyak kisah Atkinson, Gonaus, & Wilsey, 2012;
Evaluasi UU Narkotika penyalahguna yang masuk tahanan tanpa Schrot & Hubbard, 2016). Bahkan, pada
Penilaian efektivitas dari suatu penyakit kronis kemudian keluar dengan pertengahan tahun 2018 ini, Organisasi
undang-undang harus melalui evaluasi keadaan telah tertular penyakit kronis Kesehatan Dunia (WHO) akan melakukan
menyeluruh terhadap pencapaian tujuan (hepatitis maupun HIV) akibat terpaksa pertemuan spesial untuk membahas
dari dibuatnya undang-undang tersebut. memakai jarum suntik bekas pakai manfaat medis dari ganja. Namun, dengan
Pendekatan kebijakan tentang narkotika tahanan-tahanan lain. masih masuknya ganja dalam Golongan
di seluruh dunia dapat dilihat sebagai Saat ini jumlah narkoba jenis I dalam Permenkes Nomor 2 Tahun 2017
kontinum yang merentang dari pendekatan baru melonjak drastis di dunia. Pada membuat pemanfaatan ganja untuk
yang menitikberatkan pada sisi pidana 2012 ditemukan 216 zat baru. Setahun kepentingan medis belum dapat dilakukan
(criminalization) hingga pendekatan yang kemudian, jumlahnya menjadi 430 zat. di Indonesia.
lebih toleran dengan menekankan pada Pada 2014, dunia mencatat 450 narkoba Guna mencapai tujuan mulia dari
sisi pengaturan dan pengurangan bahaya jenis baru. Tahun 2015, jumlah narkoba UU Nomor 35 Tahun 2009, yakni untuk
(harm reduction) (Levine, 2003). jenis baru mencapai 643 zat. BNN secara terus menerus memelihara dan
Sementara itu, Undang-Undang sendiri menemukan 41 zat psikoaktif meningkatkan kualitas sumber daya
Nomor 35 Tahun 2009 tentang baru di Indonesia. Narkotika jenis baru manusia Indonesia, maka evaluasi
Narkotika merupakan revisi dari tersebut umumnya belum tercantum menyeluruh terhadap pelaksanaan dan
UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 35 dampak dari UU ini (termasuk dampak
Narkotika yang pengejawantahannya Tahun 2009 tentang Narkotika. Sejauh kesehatan dan sosial dari penggolongan
masih menitikberatkan pada aspek ini, baru 18 dari 41 narkoba jenis baru narkotika) menjadi sangat penting untuk
pelarangan (prohibition) yang barang siapa yang dimasukan ke dalam lampiran segera dilakukan. SF
159 XLVIII 2018 PARLEMENTARIA 19

