Page 28 - MAJALAH 119
P. 28
LAPORAN UTAMA
penelusurannya saat ini ada seki- membuat regulasi dan kemudahan melaut mau jual ke siapa ya ke teng-
tar belasan pengusaha perikanan agar pengusaha perikanan besar kulak lagi karena mereka mengua-
- sekelas PT ASI Pudjiastuti Marine mau bekerja sama dengan nela- sai TPI. Ini seperti lingkaran setan
Product perusahaan yang dimiliki yan. Misalnya menyiapkan armada yang sudah berlangsung lama dan
Menteri Kelautan dan Perikanan kapal dengan kredit terjangkau, pemerintah kemana?” tandasnya.
Susi Pudjiastuti - yang seharusnya pembangunan gudang pendingin Ia juga berharap Pemerintah Pre-
bisa bekerja sama saling mengun- (cold storage), jaminan permodal- siden Jokowi dapat mengembalikan
tungkan dengan para nelayan. Dua an, pelabuhan dan pembelian ikan eksistensi KUD Mina sebagai kope-
hal persoalan utama yang bisa di- nelayan kelompoknya dengan har- rasi yang mampu memberikan du-
selesaikan adalah pengadaan kapal ga yang wajar. Dengan dukungan kungan permodalan kepada nela-
berkapasitas besar dan permodal- pemerintah dan para bapak angkat, yan. Peran koperasi berubah setelah
an. Ia kemudian memaparkan per- nelayan diharapkan lepas dari jerat tidak lagi menjadi departemen/
bedaan nelayan Indonesia dengan tengkulak yang selama ini mengikat kementerian yang mempunyai ke-
nelayan asing adalah mencari dan mereka dengan dukungan permo- wenangan teknis sampai ke bawah.
menangkap. Nelayan asing be- dalan dengan bunga yang sangat Kebijakan pemerintah mengalih-
rangkat ke laut setelah mendeteksi mencekik. Kalau jeli ungkapnya ti- kan koperasi di bawah kementerian
keberadaan ikan dengan menggu- dak sulit menemukan nelayan yang negara perannya berubah menjadi
nakan pantauan satelit berteknologi terjerat tengkulak di Tempat Pele- ‘memble’. “Koperasi tidak punya kaki
canggih. Setelah menentukan titik langan Ikan (TPI). lagi di bawah, mereka tidak punya
koordinat gerombolan ikan mereka “Para tengkulak di TPI sering ber- modal untuk disalurkan kepada pe-
berlayar dalam kelompok besar dan main mengatur harga, ini jangan tani,” tutur dia.
mengepung posisi ikan dalam be- dibiarkan. Petani yang lemah tidak Winarno bersama pengurus KTNA
berapa lokasi. “Dengan sonar dan berdaya menghadapi permainan berharap pemerintah terutama
teknologi yang dimiliki, kapal asing harga seperti ini, kalau menun- Menko Kemaritiman dapat memberi
ini bekerja berkelompok, menge- da penjualan menunggu harga ruang, mendengar masukan dan ke-
pung posisi ikan, menyiapkan jaring yang lebih baik mereka tidak pu- luhan dari para nelayan yang sangat
yang sesuai dan menangkap ikan nya tempat penyimpanan, kalau paham lapangan. Sampai saat ini ia
dalam jumlah yang besar. Nah itu- ak hirnya dijual murah ke tengkulak mengaku belum mendapat panggil-
lah sebabnya pada saat mengepung ya makan hati. Kondisi ini bermula an atau undangan untuk mengha-
gerombolan ikan mereka terkadang ketika nelayan mau melaut dalam diri pertemuan dengan pemerintah.
melintas wilayah Indonesia, karena jangka waktu lama 1 minggu atau “Mungkin masih sibuk konsolidasi.
ikannya lari ke sini. Sementara ne- lebih, mereka harus punya modal Kita tentu siap apabila pemerintah
layan kita baru sebatas mengandal- untuk membeli bekal kelaut, bisa ingin mendengarkan masukan kami.
kan bintang, angin dan intuisi, baru 50-100juta, kalau mereka tidak pu- Untuk kebaikan bangsa, kejayaan
terjun ke laut mencari ikan,” ungkap nya uang mereka mau kemana? ke kembali di laut, kami harus siap,”
dia. bank, koperasi? Tidak ada. Akhirnya pungkas dia. (iky)
Pemerintah menurutnya dapat pinjam ke tengkulak. Ketika pulang
28 PARLEMENTARIA EDISI 119 TH. XLIV, 2014