Page 31 - MAJALAH 119
P. 31

stream) maupun hilir (downstream).  karena wajah APBN yang continen­
                                                Pertama, belum adanya terobos-  tal oriented, dan selalu menem-
                                              an kebijakan yang mampu mengikat  patkan sektor maritim termasuk
                                              dan memayungi instrumen ekonomi  provinsi berbasis maritim dan pu-
                                              maritim, seperti sektor perikanan,  lau-pulau kecilnya, termarjinalisasi
                                              pertambangan dan energi lepas  dalam pembagian sarana dan prasa-
                                              pantai, pariwisata bahari, trans-  rana pembangunan.
                                              portasi laut dan kepelabuhanan,     Kepemimpinan dengan visi yang
                                              serta sumber daya manusia di sek-  kuat terhadap pembangunan ber-
                                              tor maritim. Dampaknya, persepsi  basis maritim diyakini dapat menjadi
                                              tentang ekonomi maritim secara  jalan keluar untuk mempercepat ke-
                                              kelembagaan masih sangat parsial,  majuan ekonomi nasional. Kesadar-
                                              sehingga tolok ukur ekonomi mari-  an terhadap pergeseran paradigma
                                              tim dilihat hanya dari satu organisasi  pembangunan yang berorientasi
                                              kementerian, yaitu Kementerian Ke-  kontinental (land­based develop­
                                              lautan dan Perikanan (KKP). Padahal  ment) pada orientasi laut (ocean­
                                              dari segi tupoksi dan kewenangan,  based development) semestinya
                                              kapabilitas departemen ini san-   dapat diwujudkan dalam bentuk
                                              gat terbatas untuk mengakomodir  dukungan kebijakan yang bersifat
                                              urusan lintas sektoral dan instansi  komprehensif, konkret, sistematis,
                                              kelembagaan pemerintah lainnya  tidak parsial apalagi sporadis. Eko-
                                              dalam mengembangkan ekonomi  nomi kelautan atau berbasis kema-
                                              maritim.                          ritiman tidak lagi dijadikan sektor
                                                Kedua, kebijakan maritim (mari­  pinggiran, melainkan sebagai arus
                                              time policy) tidak menjadi payung  utama dalam kebijakan pembangu-
            meliputi perencanaan pembangun-   politik bagi pembangunan ekonomi  nan.
            an terpadu berbasis spasial dalam  sehingga kelembagaan yang terlibat
            rangka mendayagunakan laut serta  dalam sektor maritim mengalami      Menyusun Grand Design Pem-
            sumberdaya kelautan terpadu den-  disorientasi. Padahal, kepentingan  bangunan Maritim
            gan daratan yang lestari, efisien  kolektif maritim perlu diorganisir   Diakui atau tidak kebijakan
            dan efektif serta menghasil kemak-  secara terpadu. Untuk itu, negara  pemerintah terhadap pembangun-
            muran bagi seluruh rakyat; Perenca-  perlu berani menegaskan kebijakan  an maritim masih kurang serius.
            naan jaringan transportasi terpadu  maritim sebagai platform pemba-  Pemimpin bangsa ini kurang me-
            yang berdampak pada rendahnya  ngunan ekonomi.                      maknai perjuangan Ir Djuanda atau
            biaya angkut orang dan barang se-   Ketiga, terjadinya  backwash efek  yang dikenal Deklarasi Djuanda
            hingga menjamin distribusi barang  secara massive yang menempatkan  1957. Deklarasi ini mempersatukan
            dan harga produk yang ditawarkan  sektor maritim khususnya perikanan  kembali wilayah nusantara, tidak
            menjadi relatif rendah dan me-    sebagai sektor pengurasan sebagai  melihat laut Jawa, Sulawesi, Maluku
            nguntungkan; Perencanaan wilayah  akibat dari tingkat kebocoran sek-  sebagai laut bebas, tapi Negara Ke-
            terpadu sehingga melindungi sum-  toral (sectoral leakages) yang ter-  satuan Republik Indonesia (NKRI).
            berdaya renewable di sekitar lokasi  jadi sehingga menyebabkan sektor  Meski awalnya mendapat banyak
            eksploitasi sumber daya  non re­  perikanan menjadi kerdil dan marji-  protes dari negara lain, namun de-
            newable; Kemudian, perencanaan  nal. Kebocoran sektoral ini dimaknai  ngan kesabaran selama bertahun-
            spasial terpadu berbagai sektor dan  dalam dua hal, yaitu (1) Hubungan  tahun, Indonesia akhirnya berhasil
            berbagai jenis sumber daya alam,  antara pemilik kapal dengan ne-   memperluas wilayah dan kekayaan
            serta manusia untuk meningkatkan  layan, yang cenderung menem-      di dalamnya.
            efisiensi pemanfaatan sumber daya.  patkan pemilik kapal sebagai pihak   Setelah 57 tahun Deklarasi Djuan-
              Dari berbagai penelitian, nilai eko-  yang menikmati benefit lebih ba-  da, ke mana arah bangsa ini? Peme-
            nomis kekayaan sumber daya alam  nyak dari pada nelayan yang hanya  rintahan baru memiliki tanggung
            laut Indonesia melebihi potensi  memenuhi standar hidup minimum  jawab melanjutkan cita-cita masa
            kekayaan di daratan. Namun, de-   kebutuhannya; (2) Feedback nilai  depan bangsa. Selama ini, pemer-
            ngan kekayaan laut yang berlimpah  ekonomi perikanan terhadap per-  intah hanya memikirkan pemban-
            pembangunan ekonomi nasional  baikan infrastruktur publik di komu-  gunan jangka pendek. Lima tahun
            belum mampu memberikan dampak  nitas nelayan sulit terjadi.         pemerintahan selesai, setelah itu
            positif yang besar bagi kesejahtera-  Keempat, faktor Anggaran Pen-  berantakan. Diperlukan sinkronisasi
            an masyarakat. Kekalahan dalam  dapatan dan Belanja Negara (APBN)  berbagai kebijakan pembangunan di
            kompetisi ekonomi berbasis maritim  yang diharapkan menjadi saluran  bidang maritim, baik itu dalam ben-
            juga terjadi di sektor industri dan  membagi kemakmuran secara adil  tuk undang-undang (UU), peraturan
            jasa kelautan mulai dari hulu (up­  nampaknya masih sulit diwujudkan  pemerintah (PP) dan sebagainya,


                                                                             PARLEMENTARIA  EDISI 119 TH. XLIV, 2014  31
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36