Page 34 - MAJALAH 119
P. 34
PENGAWASAN
DPR akan segera mengundang mi-
tra kerja pada minggu depan. “Kita
akan segera undang mitra kerja
pada rapat komisi,” terangnya.
Terkait kenaikan BBM, Kardaya
menegaskan, kenaikan BBM saat
ini timingnya tidak tepat dan
sangat tergesa-gesa serta tanpa
perhitungan matang. “Kita tidak
melihat berapa kenaikan BBM
subsidi, tetapi kita akan sulit
menjelaskan kepada rakyat karena
memang harga minyak dunia turun
cukup besar,” jelasnya.
Dia menambahkan, penurunannya
mencapai 20 persen lebih jika
dibandingkan dengan asumsi APBN
sebesar 105 dollar/barel. “ini sudah
turun menjadi 80 dollar/barel, jadi
pada saat minyak turun dibawah
asumsi maka tidak pernah dalam
sejarah pemerintah menaikkan
BBM,” terangnya.
Dia menjelaskan, Presiden SBY
juga tidak menurunkan BBM ketika
harga turun dibawah asumsi. “Selu-
ruh dunia juga harga BBM turun jadi
bagaimana pemerintah menjelas-
kannya kepada masyarakat,” kata-
nya. Dia menambahkan, Komisi VII DPR 2.000 rupiah semua ada hitungan
Menurutnya, perhitungan subsidi akan segera meminta penjelasan rigidnya,” jelasnya.
BBM seharusnya berdasarkan kepada pemerintah meskipun ini Sementara Wakil Ketua Komisi
kepada dua indikator yaitu harga merupakan wewenangnya dari V DPR Michael Watimena menga-
minyak mentah dan nilai tukar. Pemerintah. “Kita akan meminta takan, bukan hal tabu menaikkan
“Ini belum pantas naik, bahkan penjelasan karena kalau memang BBM subsidi. tetapi harus dilakukan
kompensasinya saja beda-beda mau merubah subsidi energi itu secara transparan, dan indikator ke-
pembiayaannya ada yang bilang seharusnya berdasarkan harga naikan itu harus jelas. “Pengalaman
dari CSR, kemudian menteri lain minyak dan nilai tukar,” jelasnya. saat era SBY juga telah menaikkan
bilang dari APBN,” katanya. BBM subsidi sebanyak 4 kali, namun
Perbandingan SBY dan Jokowi dengan indikator yang jelas,” ujar
Menurutnya, Pimpinan Komisi V DPR menilai Michael.
perhitungan subsidi BBM kebijakan kenaikan BBM era Menurut Michael, indikator
seharusnya berdasarkan Jokowi terkesan terburu-buru tersebut antara lain terkait harga
dan tanpa perhitungan matang. minyak dunia, kurs dollar, kemudian
kepada dua indikator “Dahulu saat membahas kenaikan volume BBM subsidi. “Kami tidak
yaitu harga minyak BBM itu, kita di Komisi V DPR lihat secara transparan variabel itu
betul-betul menghitung insentif menjadi indikator kenaikan harga
mentah dan nilai tukar. yang ada, sampai berapa triliun, BBM subsidi, ini belum sampai
“Ini belum pantas naik, kemudian insentif itu diserahkan masuk hitung-hitungan,”terangnya.
bahkan kompensasinya kepada perusahaan angkutan, dan Disisi lain, lanjut Michael, peme-
bentuknya seperti apa,” ujar Ketua rintah perlu memikirkan aspek kon-
saja beda-beda Komisi V DPR Fahri Djemi Francis silidasinya serta melihat dampak
pembiayaannya ada kepada Parlementaria. kenaikan itu terhadap stakeholder
Menurut Fahri, dirinya cukup yanga ada. “Kenaikan satu rupiah itu
yang bilang dari CSR, kaget juga mengetahui kenaikan akan berdampak, seperti inflasi dan
kemudian menteri BBM dan tarif yang ditetapkan bagi pengangguran akan meningkat, jadi
lain bilang dari angkutan umum 10 persen hanya jangan ujugujug menaikkan BBM
APBN,”katanya. dari media massa “Dahulu kenaikan subsidi ini,” tegasnya. (Sugeng). Foto:
BBM subsidi 1.000 rupiah, dan
Naefurodjie/Parle/Iw.
34 PARLEMENTARIA EDISI 119 TH. XLIV, 2014