Page 69 - MAJALAH 175
P. 69
TO KO H
orang lain. Sehingga, kami tetap itulah, Yusuf mulai berpikir kemudian saya pun melakukan
semangat menjalani hidup,” bahwa ternyata untuk membantu analisa terhadap salah satu mimpi
kenang Yusuf. sekalipun harus menggunakan saya sebagai dokter yaitu ingin
Setelah lulus dari FK UNJANI seni. Yusuf menilai, seni tersebut meningkatkan derajat kesehatan
tahun 2007, selanjutnya Yusuf penting untuk diterapkan agar masyarakat,” tandas Yusuf.
mendaftar untuk ikut pengabdian harga diri pasien yang tidak Selain itu, Yusuf juga
ke Sumba Timur, NTT selama 1 mampu tidak merasa direndahkan. menganalisa bahwa untuk
tahun. Kemudian setelah masa “Kebetulan, saya dan istri memperbaiki sektor kesehatan
tugasnya selesai, Yusuf kembali juga sangat mengkhawatirkan maka harus ada keterkaitan
teringat terhadap nadzar-nya tentang kesadaran masyarakat dengan sektor lainnya yaitu
sewaktu kecil yaitu dirinya ingin akan masalah sampah khususnya nasionalisme. Sebagian besar
kembali ke tempat kelahirannya plastik yang masih sangat rendah. dari pasien di kliniknya mereka
untuk membantu masyarakat. Sehingga, saya mencoba untuk tidak pernah menyanyikan lagu
“Tahun 2008 saya kembali ke membuat program berobat gratis Indonesia Raya dan ikrar
Cianjur dan berniat membuka dengan cukup menukarkan 10 Pancasila hampir selama
klinik sendiri dengan konsep botol plastik bekas,” jelas Yusuf. 44 tahun. ”Sehingga, saya
“PASTI MUDAH”. Bagi pasien Yusuf lalu melakukan menggagas konsep yang saya
mampu biaya berobat harus pemberdayaan masyarakat dalam beri nama Gerakan Bagi Senyum
“PASTI” yaitu ditentukan sesuai pengelolaan sampah plastik bekas Ibu Pertiwi dengan program
kemampuan pasien, sedangkan tersebut. Komunitas Ibu-Ibu di terkait pembangunan SDM yang
bagi pasien tidak mampu harus wilayah sekitar diberdayakan bernafaskan nasionalisme,” tutur
mengikuti program MUDAH yaitu untuk membuat daur ulang dari Yusuf.
pengobatan gratis,” ungkap Yusuf. sampah plastik. Sehingga, dapat Sebagai penutup, Yusuf
Namun, Yusuf kembali menghasilkan nilai ekonomis yang menjelaskan adanya pesan yang
mendapat ujian. Ketika hendak hasil penjualannya 100 persen ingin disampaikan kepada publik
membuka klinik, Yusuf bingung diberikan untuk ibu-ibu pengrajin. melalui berbagai program mulia
karena tidak mempunyai modal “Ini adalah pemberdayaan tersebut bahwa kesempatan hidup
dan tempat. ”Akhirnya, di tanah masyarakat sekitar dalam daur yang diberikan TUHAN harus
dan bangunan seluas 3x4 di ulang sampah plastik bekas. digunakan untuk berbuat kebaikan
tanah kakak, saya akhirnya saya Setelah sistem berobat gratis terlebih kepada sesama warga
membuka klinik dengan modal Rp. saya kaitkan dengan lingkungan, negara Indonesia. l
730.000 meminjam dari tabungan
Ibu saya,” ujar Yusuf.
Tidak disangka, idenya
tersebut membawa Yusuf kepada
pengalaman lainnya yang
kemudian menghasilkan ide
lain yang tak pernah diduganya.
Sebuah pengalaman yang
membuat Yusuf menyadari bahwa
harga diri pasien yang tidak
mampu juga tetap harus dijaga.
“Akhirnya, sampailah saya pada
pengalaman yaitu ada pasien
berusia 75 tahun sebatangkara
datang ke klinik. Saya kemudian
sampaikan agar Beliau tidak perlu
membayar pengobatan. Tetapi,
Bapak tersebut justru menjawab
bahwa dia masih mempunyai uang
dan ingin tetap membayar sebesar
Rp. 10.000,” kenang Yusuf.
Berawal dari pengalaman
dr. Yusuf Nugraha saat melayani pasien. Foto: Dok.
TH. 2019 EDISI 171 PARLEMENTARIA 69
TH. 2019 EDISI 175 PARLEMENTARIA 69