Page 20 - MAJALAH 81
P. 20

Materi                                       Undang-Undang

             Ketentuan Sidang Bersama   Diatur dalam UU No. 27 Tahun 2009,
             DPR dan DPD              namun tidak ada di UUD 1945
             Pembayaran pensiun tenaga  UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
             kerja                    Jaminan Sosial Nasional sama-sama mengatur sehingga dunia usaha mengeluarkan biaya
                                      dua kali kepada tenaga kerja
             Komponen  kesehatan  dan  UU Ketenagakerjaan tumpang tindih dengan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
             perumahan tenaga kerja   Tenaga Kerja
             Investasi pertambangan   UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dengan UU Perpajakan dan Kontrak
                                      Bagi Hasil. Perlu PP mengenai peralihan kontrak tambang berbentuk kuasa pertamba-
                                      ngan, surat izin pertambangan daerah, atau surat izin pertambangan rakyat menjadi izin
                                      usaha pertambangan (IUP) atau izin pertambanga rakyat (IPRI)
             Sistem  perencanaan  pem- UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyebutkan
             bangunan daerah          bahwa perencanaan pembangunan (di daerah) dengan Perda (Peraturan Daerah), sedang-
                                      kan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan cukup dengan Pe-
                                      raturan Gubernur
             Pembina kepegawaian      UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian menyebut Pembina kepega-
                                      waian (di daerah) adalah kepala daerah, sedangkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Peme-
                                      rintahan Daerah menyatakan Pembina kepegawaian adalah Sekretaris Daerah (Sekda)

             Kewenangan     eksplorasi  UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan Pemda berwenang
             sumber daya kelautan     mengeksplorasi laut sepanjang 12 mil dari garis pantai termasuk pelabuhan di atasnya.
                                      Hal ini bertentangan dengan UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran yang menyebutkan
                                      pendayagunaan pantai untuk pelabuhan menjadi kewenangan Kementerian Perhubungan
                                      melalui PT. Pelindo

            dang  di  Indonesia  tumpang  tindih   tanggung-tanggung,  seperti  yang  di-  dimaksud  akan  membawa  dampak
            dan  saling  bertabrakan  (baik  dengan   beritakan   www.hukumonline.com,   tersendiri dan salah satu yang dikha-
            UUD 1945 dan UU lainnya). Akibatnya,   15 Oktober 2009, melalui Ketua DPR,   watirkan adalah hakim konstitusi yang
            suatu  undang-undang  menjadi  sulit   Marzuki Alie, yang mengatakan bahwa   dilibatkan  dalam  mekanisme  kon-
            untuk  diterapkan  (Suara  Pembaruan:   DPR akan mengintrodusir sistem baru   sultasi  DPR  dengan  MK  (judicial  pre-
            23 Agustus 2010).                 dalam  rangkaian  proses  penyusunan   view)  tersandera  terhadap  pendapat-
                Sebenarnya tidak ada yang keliru.   legislasi. Sebelum sebuah undang-un-  nya sendiri.
            Semua fungsi DPR sama penting. Na-  dang  disahkan,  DPR  berencana  akan   Dampak  lain  adalah  keberadaan
            mun,  sebagai  konsekuensi  lembaga   berkonsultasi  dengan  MK.  Sistem  ini   MK  yang  memasuki  orbit  DPR,  khu-
            legislatif, tentunya titik tekan ada pada   bertujuan agar pekerjaan panjang ang-  susnya  fungsi  legislasi  sebagaimana
            fungsi pembentukan undang-undang.   gota  DPR  dalam  menyusun  undang-  yang diatur dalam Pasal 20 UUD 1945,
            Persoalannya  adalah  fungsi  penga-  undang tidak sia-sia karena produknya   Pasal  32  ayat  (1)  huruf  a  UU  Nomor
            wasan yang sedemikian kencang tapi   dibatalkan oleh MK.             10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
            tidak  diikuti  capaian  kinerja  legislasi   Kontan saja ide tersebut direspon   Peraturan  Perundang-undangan,  dan
            secara  signifikan.  Atau  dengan  kata   miring.  Orbit  MK  sebenarnya  sudah   Pasal 71 huruf a, huruf d, huruf e, dan
            lain, dinamika dan determinasi fungsi   sangat jelas dalam Pasal 10 UU Nomor   huruf g UU Nomor 27 Tahun 2009 ten-
            pengawasan DPR pada tahun pertama   24  Tahun  2003  tentang  Mahkamah   tang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
            tidak  berimbang  atau  terwujudkan   Konstitusi, khususnya ayat (1) huruf a,   Pada    tingkatan    dampak  yang
            pula pada pelaksanaan fungsi legislasi,   yaitu  menguji  undang-undang  terha-  lebih serius, tindakan DPR menempat-
            yang  setidaknya  bisa  kita  lihat  pada   dap UUD 1945.            kan MK dalam orbit legislasi akan men-
            tingkat  kedisiplinan  dan  kontribusi   Apabila  mekanisme  konsultasi   jadi legitimasi atau pembenaran apa-
            yang diberikan.                   seperti yang disampaikan Marzuki Alie   bila di kemudian hari ada pihak-pihak
                Upaya memperbaiki produk legis-  berjalan,  maka  tanpa  disadari,  telah   yang  mempersoalkan  materi  sebuah
            lasi agar tidak mudah di-judicial review   terjadi  pergerakan  orbit  yang  pada   undang-undang dan mengajukan per-
            ke  Mahkamah  Konstitusi  (MK)  turut   akhirnya mengubah relasi antara DPR   mohonan  judicial  review.  DPR  dapat
            menjadi perhatian DPR. Bahkan tidak   dan MK. Tentu saja, pergerakan orbit   berkilah bahwa undang-undang terse-



                                                                              | PARLEMENTARIA  |  Edisi 81 TH. XLII, 2011 |  1
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25