Page 53 - MAJALAH 120
P. 53
icara soal ekonomi Islam berprofesi sebagai nelayan, disusul mendatangi bilik suara, Nurjan-
dan dunia dakwah, pria kemudian petani, perambah hutan, nah justru sedang bersusah payah
BSumbawa ini sangat tepat pedagang, dan pegawai pemerin- menjalani persalinan seorang diri di
diajak berbincang. Sebagai aktivis tahan. Pantai dan laut tak pernah rumahnya.
kampus, pergaulannya sangat luas, lepas dari kehidupan masyarakat. Tanpa bantuan siapa pun, tam-
hingga mengantarkannya ke pang- Sungai-sungai mengalir begitu paknya ia terbiasa melakukan per-
gung politik nasional. Fahri pernah jernihnya. Hamparan sawah mem- salinan sendiri. Tahmid tiada henti
menjadi Anggota MPR RI Utusan bentang sejauh mata memandang. terucap, mensyukuri jabang bayi
Golongan dari unsur pemuda pada Orang-orang desa masih meng- yang mungil terlahir. Berjenis kela-
1998-1999. Ia diminta oleh Presiden ambil air minum dari sungai yang min laki-laki, tangis bayi memecah
Habibie waktu itu untuk menjadi jernih. ketegangan dan kesunyian di rumah
anggota MPR. Hutan yang lebat juga membe- kayu sederhana tersebut. Tradisi di
rikan sumber penghidupan yang kampung setempat, setiap anak
sangat kaya bagi penduduk setem- yang lahir selalu ditulis di tiang
pat. Di kampung ini terkenal juga rumah yang terbuat dari kayu untuk
dengan hasil padi hutan yang dibu- menandakan masa kelahiran.
didayakan para perambah hutan. Kini, di rumah Hamzah dan Nur-
Rasa berasnya ternyata lebih enak jannah kedatangan jagoan kecil
daripada yang ditanam di sawah. yang menggemaskan, melengkapi
Para perambah kerap membuka hu- kehadiran empat anak sebelumnya.
tan dengan menanam padi. Bayi mungil itu kemudian diberi
Ketika mentari pagi mulai menam- nama Fahri yang berarti “kebang-
pakkan diri dan suara ayam berkokok gaanku”. Fahri kecil tumbuh menjadi
terdengar dari kejauhan, penduduk anak yang sehat, periang, dan suka
di kampung Jorok, Utan, Sumbawa, bermain. Ia tumbuh di lingkungan
mulai bergegas untuk beraktivitas. keluarga dan masyarakat religius.
Para nelayan mengayuh perahunya Setelah kelahiran Fahri, masih ada
ke tengah laut, membentangkan jala 3 adiknya yang lahir kemudian. Jadi
untuk menangkap ikan. Para petani Fahri adalah anak kelima dari dela-
ke ladang masing-masing, merawat pan bersaudara.
tanaman budidayanya. Para peda- Bersama sahabat-sahabat kecil-
gang pun mulai menjajakan da- nya, ia suka sekali bermain ombak di
gangan ke pasar-pasar tradisional pantai. Mancing ikan dan mandi di
dan pusat keramaian dadakan yang laut hampir menjadi kesehariannya.
muncul setiap musim. Kadang, ia bermain ke tambak milik
Adalah Hamzah Ahmad dan Siti tetangganya, melihat ikan bandeng
Nurjannah, sepasang insan pen- yang sedang dipanen. Pemilik tam-
duduk kampung Jorok, Utan, yang bak suka memberi ikan bandeng,
Anak Petani hidupnya sederhana dan sangat lalu bersama sahabat-sahabatnya
Utan, Sumbawa Besar, 1971. Se- religius. Hamzah adalah seorang dibakar dan disantap beramai-ra-
buah kecamatan di pesisir Pulau petani yang sebelumnya pernah mai. Tak ketinggalan sungai yang
Sumbawa, Nusa Tenggara Barat menjadi guru. Sementara Nurjan- sangat jernih, jadi tempat bermain.
(NTB). Di situ ada nama kampung nah adalah wanita sederhana yang Sungainya sangat kaya dengan
yang unik bernama “Jorok”. Terde- kerap membantu ekonomi keluarga ikan, kerang, kepiting, dan udang.
ngar tak enak, memang. Tapi, jorok dengan menjual makanan rumahan Untuk menangkap semuanya itu,
dalam bahasa Sumbawa berarti dan pandai menjahit. Sepasang in- Fahri dan para sahabat kecilnya
sudut. Itu adalah kampung yang san ini sedang berbahagia, karena tak perlu pancing. Cukup ditang-
sangat asri dan permai. Topografi- segera dikarunia anak kelima. kap dengan tangan kosong saja.
nya memang dekat dengan pantai. Saat itu, musim kampanye pemilu Selain laut dan sungai, hutan juga
Tapi, di kedalaman pulau masih ada 1971. Seluruh pelosok Tanah Air se- menawarkan kekayaan lainnya,
hutan yang rapat dan lebat. Belum dang ramai dengan pesta demokrasi berupa buah-buahan yang lang-
ada listrik yang menerangi kam- lima tahunan di masa Orde Baru. sung bisa dinikmati. Senang rasanya
pung kala itu. Tak ketinggalan, di Utan, Sumbawa mengingat masa kecil di kampung.
Masyarakatnya mengidentifikasi juga ramai dengan panggung kam- “Kalau kita main itu, tentu dikaitkan
diri sebagai orang pesisir. Sebagai panye. Atribut kampanye berteba- dengan hutan, laut, dan sungai,”
orang pesisir vokal Fahri terde- ran meramaikan suasana kampung. kata Fahri, mengenang masa kecil.
ngar keras, itu lantaran saat bicara Syahdan, tepat di hari pencoblosan, Bicara permainan favorit masa ke-
suaranya harus selalu lebih keras ketika semua warga kampung dan cil, Fahri suka bermain gundu, adu
daripada suara ombak. Mayoritas keluarganya berbondong-bondong ayam, dan petak umpet. Di kam-
PARLEMENTARIA EDISI 120 TH. XLIV, 2014 53