Page 63 - Stabilitas Edisi 195 Tahun 2023
P. 63
ehadiran perusahaan
teknologi yang memberikan
jasa keuangan memang
Kmenjadi solusi bagi
mereka yang belum memiliki akses
ke lembaga perbankan. Namun di
tengah pertumbuhan bisnis yang
mencengangkan, ancaman yang melekat
dari praktik pembiayaan mulai muncul:
kredit macet. OJK aKan
Memang harus diakui akselerasi memberiKan
bisnis penyaluran dana dari lembaga yang
disebut Fintech terus meningkat pada surat pembinaan
tahun ini setelah terus bertumbuh di dan meminta
tahun-tahun sebelumnya. Tidak kurang perusahaan
dari Ketua Dewan Komisioner Otoritas
Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar terKait untuK
menyatakan optimismenya bahwa bisnis mengaJuKan action
pada 2023 masih akan bergerak naik.
“Sementara kami masih lihat potensinya. plan. OJK memantau
Tapi kalau lihat dari pertumbuhan pelaKsanaan actiOn
ekonomi tentu optimis. Seluruh sektor
di Indonesia pertumbuhan seperti tadi plan dengan Ketat. ogi Prastomiyono,
tentu tidak ada alasan tidak optimis,” JiKa KOndisi lebih Anggota Dewan Komisioner OJK
kata Mahendra.
Meski demikian, pejabat OJK buruK, OJK aKan
lainnya menyatakan bahwa kecepatan melaKuKan tindaKan
pertumbuhan bisnis Fintech akan
berkurang tahun ini. Sebabnya banyak pengawasan
perusahaan yang mulai tersita waktunya lanJutan.
untuk memperbaiki kualitas pembiayaan
atau non performing loan (NPL).
“Peningkatannya tidak secepat
tahun lalu dan tahun ini, tapi saya
optimistis tumbuh, karena pelaku biaya agar tetap mencapai profitabilitas. P2P (peer to peer lending) untuk segera
fintech berkomitmen memberi layanan, Hal itu mengingat pada 2023 hingga menurunkan level-NPLnya.” ungkap
meskipun prediksi di tahun 2023 2024 akan makin banyak ketidakpastian Sarjito.
tekanannya berat,” jelas Direktur yang terjadi. Dia menjelaskan angka NPL di atas
Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan 5 persen menjadi angka psikologis di
Fintech OJK, Tris Yulianta. Lewat Batas sektor keuangan. Sedikit perbandingan,
Kondisi itu diakui oleh pelaku bisnis Setidaknya berdasarkan catatan OJK, NPL gross perbankan per Desember
disebabkan oleh kondisi makroekonomi ada puluhan perusahaan yang memiliki 2022 tercatat turun 2,44 persen dari 3
global yang mulai menantang dan rasio NPL melewati ambang batas yang persen pada Desember 2021. Jadi NPL 25
bergerak makin tidak menentu. Ketua digariskan otoritas. Bahkan regulator perusahaan itu dua kali lebih dari NPL
Umum Asosiasi Fintech Indonesia sudah menyiapkan sanksi dan meminta rata-rata perbankan Tanah Air.
(Aftech), Pandu Sjahrir menyatakan, mereka lebih ketat dalam praktik Dalam kesempatan yang
industri fintech menghadapi tantangan bisnisnya. berbeda, Kepala Eksekutif Pengawas
terkait dengan pendanaan. Ia menyadari Juru Bicara OJK, Sarjito menjelaskan, Perasuransian, Penjaminan, dan
saat ini pendanaan global untuk fintech OJK akan menindak penyedia layanan Dana Pensiun serta Anggota Dewan
cenderung menurun. untuk segera menurunkan level TWP. Komisioner OJK, Ogi Prastomiyono
Untuk itu dia menghimbau para “OJK akan langsung memberikan surat juga menyinggung hal serupa. Pihaknya
pelaku fintech untuk menjaga efisiensi pembinaan dan meminta action plan dari akan memberikan surat pembinaan
www.stabilitas.id Edisi 195 / 2023 / Th.XVIII 63