Page 51 - Stabilitas Edisi 207 Tahun 2024
P. 51

hingga Mei 2024, porsi penyaluran
          pinjaman fintech lending ke sektor
          produktif terus mengecil, yakni 45,52
          persen, 33,61 persen, 31,86 persen,
          menjadi hanya 31,52 persen.
            Direktur Ekonomi Digital Center
          of Economic and Law Studies (Celios)
          Nailul Huda memandang ada beberapa
          masalah yang menjadi penyebab
          penurunan porsi pinjaman produktif
          tersebut. Pertama adalah risiko
          peminjaman dana ke badan usaha
          lebih tinggi dibandingkan pinjaman ke
          perorangan. Dia mengutip catatan OJK,
          bahwa tingkat gagal bayar badan usaha
          menyentuh angka 8 persen, sedangkan
          perorangan hanya 2 persen. Artinya,
          risiko peminjaman di badan usaha lebih
          tinggi.
            Kedua, manfaat imbal balik di sektor
          produktif lebih kecil dibandingkan
          sektor konsumtif. Bunga harian sektor        Industri fintech lending masih menghadapi
          produktif hanya mencapai 0,1 persen
          per hari, sedangkan sektor konsumtif         berbagai permasalahan, termasuk
          bisa sampai 0,3 persen. Hal itu membuat      pengembalian pinjaman. Sebaiknya
          peminjam lebih memilih menyalurkan           regulator membenahi dahulu masalah yang
          pendanaan mereka ke sektor konsumtif
          dibandingkan produktif.                      ada sekarang agar pinjaman digunakan
            Sebagai lender, kata Huda, ketika          dengan semestinya dan menyelesaikan
          ada pilihan dengan risiko dengan bunga
          manfaat lebih tinggi jelas akan memilih      masalah gagal bayar yang ada.
          menyalurkan ke sektor konsumtif.
          Kemudian, sektor konsumtif menurutnya        Heru Sutadi, Direktur Eksekutif ICT Institute
          memang pangsa pasarnya lebih besar.
          Sementara sektor produktif terbatas untuk
          mikro dan ultra mikro saja.
            Menanggapi hal ini, pengamat       Karakteristik masyarakat Indonesia   tersebut.
          teknologi sekaligus Direktur Eksekutif   dan sedikitnya pengetahuan tentang   Dia menilai belum ada credit
          ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan,   fintech lending juga menjadi penyebab   scoring yang tepat untuk menyeleksi
          kebijakan tersebut belum tepat dilakukan   rendahnya penyalurkan pembiayaan   latar belakang penarik pinjaman
          karena saat ini kondisi industri fintech   ke sektor produktif. Di satu sisi, Heru   online yang membuat semua orang,
          lending sedang tidak baik. Menurut   mengatakan, perusahaan fintech lending   baik yang berpenghasilan maupun
          dia, industri fintech lending masih   sejak awal memang tidak berniat   tidak bisa meminjam. Hal itu tentunya
          menghadapi berbagai permasalahan,   mengarahkan pembiayaannya ke sektor   membuat gagal bayar semakin banyak
          termasuk pengembalian pinjaman,   produktif.                         dan membebani pihak pemberi
          bahkan ada platform fintech yang     Sementara di sisi lain, masyarakat   pinjaman. Masalah itu diperparah
          mengalami gagal bayar. “Sebaiknya   Indonesia menganggap pinjaman online   dengan penarikan pinjaman online
          regulator membenahi dahulu masalah   itu memang bukan untuk kegiatan   untuk aktivitas judi online. “Harusnya
          yang ada sekarang agar pinjaman   produktif. Malah ada beberapa orang   memang penyaluran pinjaman untuk hal
          digunakan dengan semestinya dan   yang menganggap hal tersebut sebagai   produktif, tapi yang banyak konsumtif
          menyelesaikan masalah gagal bayar yang   hadiah, sehingga tidak ada kewajiban   dan bahkan dipakai judi online,”
          ada,” ujar dia.                   untuk mengembalikan pinjaman       tegasnya.*


                                                                              www.stabilitas.id   Edisi 207 / 2024 / Th.XIX 51
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56