Page 17 - Stabilitas Edisi 196 Tahun 2023
P. 17
ndustri asuransi harus tertatih- Reza melihat permintaan terhadap
tatih melewati masa-masa krisis asuransi kesehatan tahun ini sudah
yang dipicu pandemi Covid- mengalami peningkatan, terutama
I19 pada 2020 lalu, sebelum setelah dicabutnya status darurat Covid-
akhirnya bisa keluar dengan selamat 19. Dia mengakui selama pandemi,
bersama sektor keuangan lainnya. Meski premi asuransi kesehatan secara umum
kekhawatiran besar masih menghantui itu sempat mengalami penurunan
karena ekonomi global masih tersandera pertumbuhan.
ketidakpastian akibat kisruh Eropa dan Sepanjang 2022, asuransi memang
ancaman resesi, asuransi sudah pasang masih mendominasi Industri Keuangan
kuda-kuda untuk melompat lebih tinggi. Non Bank (IKNB) dari sisi penguasaan
Krisis kesehatan yang meluluh- aset. Dari lebih dari Rp3.000 triliun
lantakkan ekonomi memberi pelajaran aset di IKNB, sepertiga di antaranya
penting bahwa transformasi harus segera adalah milik asuransi. Bahkan jika angka
dikebut, perpindahan layanan tradisional tersebut dimasukkan aset dari BPJS
menjadi digital sudah bukan lagi Kesehatan yang merupakan asuransi
pilihan. Apalagi pemerintah dan otoritas wajib nasional maka dominasinya sudah
tampaknya memberi dukungan yang besar melampaui 50 persen.
agar industri asuransi bisa menyamakan Dominasinya itu terus menurun
level permainan. dibandingkan tahun-tahun sebelum
Maka dari itu ketika perekonomian krisis Covid-19. Data Otoritas Jasa
terus berjalan seperti yang diharapkan Keuangan (OJK) di industri keuangan
maka asuransi harus segera memperkuat hal tersebut. Berdasarkan Friderica Widyasari
memanfaatkan semua momentum data resmi per 2021, mayoritas proporsi
itu. Para pelaku harus sudah bersiap aset sektor keuangan dipegang oleh Sebenarnya di
untuk meroketkan kinerja, sekaligus perbankan sebesar 80 persen, sementara
menghilangkan seluruh hambatan asuransi berada di angka 12 persen. Bila asuransi indeks
yang selama ini membelenggu citra dan ditarik ke tahun 2015, angkanya tidak literasinya lebih
kinerja asuransi. jauh berbeda, yaitu proporsi aset sektor
Berdasarkan catatan Badan Pusat keuangan tetap dikuasai perbankan besar dari indeks
Statistik, pada tiga bulan pertama tahun sebesar 75 persen, sedangkan asuransi inklusinya. Artinya
ini, ekonomi berhasil tumbuh di level hanya 17 persen.
5,03 persen. Hal itu jelas bekal positif Kondisi yang kurang memuaskan itu lebih banyak orang
pelaku untuk terus mendorong bisnis dinilai sebagian besar stakeholder sebagai yang paham apa
proteksi. Biro riset milik holding BUMN hasil dari rendahnya inklusi keuangan
asuransi dan penjaminan Indonesia di masyarakat, akibat masih adanya itu asuransi dari
Financial Group (IFG), IFG Progress, ketidakpercayaan terhadap asuransi. Hal pada yang membeli
mengatakan bahwa potensi industri ini berkaca pada beberapa kasus gagal
asuransi akan tetap menjanjikan tahun bayar yang membuat masyarakat kerap produk asuransi.
ini. “Ke depannya kami melihat ada ragu membeli produk asuransi. Orang mau beli
pertumbuhan positif karena ekonomi Sejak 2019, tingkat pemahaman asuransi masih takut
semakin membaik,” kata Head/Senior masyarakat Indonesia terhadap asuransi
Executive Vice President IFG Progress sebenarnya mengalami peningkatan, dari karena banyak kasus
Reza Yamora Siregar. 19,4 persen di 2019 menjadi 31,7 persen di belakangan ini.
IFG Progress memproyeksikan 2022. Namun, hal tersebut hanya sebatas
premi asuransi jiwa pada tahun ini akan pemahaman karena tidak dibarengi
membukukan pertumbuhan sebesar dengan inklusi yang hanya meningkat
2-5 persen yoy. Sementara itu, proyeksi dari 13,2 persen di 2019 menjadi sebesar
pertumbuhan klaim pada industri 16,6 persen di 2022.
asuransi jiwa diperkirakan akan berada Pertumbuhan sektor asuransi yang
pada kisaran 5-9 persen yoy pada tahun kurang pesat tak pelak lagi disebabkan
ini. –salah satunya, oleh rendahnya
www.stabilitas.id Edisi 196 / 2023 / Th.XVIII 17

