Page 48 - Stabilitas Edisi 186 Tahun 2022
P. 48

kredit paling besar dialokasikan untuk
                                                                               segmen korporasi yang mengambil
                                                                               porsi 66 persen dari total kredit. Disusul
                                                                               joint financing, kartu kredit serta ritel
                                                                               dan komersial dengan masing-masing
                                                                               mengambil porsi 18 persen, 11 persen
                                                                               dan 5 persen.
                                                                                  “Kalau kami lihat, sektor korporasi
                                                                               atau komersial beberapa pipeline kita
                                                                               yang diharap bisa tumbuh karena
                                                                               proyek BUMN masih banyak, terutama
                                                                               infrastruktur yang mana membutuhkan
                                                                               kredit besar baik bilateral atau
                                                                               sindikasi,”papar Madi.
                                                                                  Adanya peningkatan GWM juga
                                                                               tidak menjadi ganjalan bank untuk
                                                                               menyalurkan kredit. Corporate Secretary
                                                                               Bank Mandiri Rudi As Aturridha
                                                                               menyampaikan likuiditas Bank Mandiri
                                                                               aman meski ada kenaikan Giro Wajib
                                                                               Minimum (GWM). “Hal ini terutama
                                                                               didorong oleh pertumbuhan Dana Pihak
                                                                               Ketiga (DPK) yang sangat baik,” kata
                                                                               Rudi.
                                                                                  Tercatat, hingga akhir November
                                                                               2021 total DPK (bank only) Bank Mandiri
                                                                               telah mencapai Rp 987,28 triliun atau
                                                                               tumbuh sebesar 13,94 persen secara
                                                                               tahunan. Setelah mempertimbangkan
                                                                               proyeksi pertumbuhan DPK dan Kredit
                                                                               pada 2022, ekses likuiditas Bank Mandiri
                                                                               masih sangat cukup untuk memenuhi
                                                                               kewajiban GWM.
                       bagi bank yang
                  merasa ada tekanan           LDR tersebut berada jauh di bawah   terbitkan obligasi
                    pada likuiditasnya      rata-rata industri perbankan, yang    Sementara itu, bagi bank yang
                       ketika regulator     menurut data OJK per Desember 2021   merasa ada tekanan pada likuiditasnya
                   menaikkan setoran        mencapai 77,13 persen. Angka ini   ketika regulator menaikkan setoran
                   wajib, dinilai masih     menunjukkan besarnya potensi Bank   wajib, mereka masih bisa memanfaatkan
                  bisa memanfaatkan         Mega untuk mengekspansi penyaluran   pasar modal. PT Pemeringkat Efek
                 pasar modal dengan         kredit sepanjang 2022.             Indonesia (Pefindo) juga mengungkapkan
                                               Ketersediaan ruang likuiditas tersebut
                                                                               perbankan masih antusias untuk
                          menerbitkan       akan dimanfaatkan perseroan untuk   menerbitkan surat utang atau obligasi
                               obligasi.    mendorong penyaluran kredit pada   pada tahun ini.
                                            tahun ini yang ditarget tumbuh ke angka   Analis Divisi Pemeringkatan
                                            Rp 68 triliun. Adapun per akhir 2021,   Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito
                                            outstanding kredit Bank Mega ada di   mengatakan ada sejumlah aspek yang
                                            angka Rp61 triliun.                mempengaruhi hal tersebut. Pertama,
                                               Kucuran kredit Bank Mega yang   suku bunga rendah membuat bank
                                            mencapai Rp61 triliun bertumbuh 25   memperoleh kupon dan biaya dana yang
                                            persen dibanding akhir 2020 di angka   jauh lebih murah.
                                            Rp48 triliun. Dari sisi bisnis, kucuran   Kedua, perbankan juga fokus


         48   Edisi 186 / 2022 / Th.XV    www.stabilitas.id
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53