Page 83 - Stabilitas Edisi 184 Tahun 2022
P. 83
ektor properti terbukti tidak ujar Direktur Utama PT Bank Tabungan
pernah mati, bahkan di masa Negara Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo.
pandemi. Pada saat awal BTN tentu menjadi pihak yang
Sekonomi diserang wabah paling bersemangat jika terkait dorongan
corona, semua sektor tampak tertekan di bidang perumahan. Bank ini tetap
tak terkecuali di industri papan ini. optimistis pertumbuhan pembiayaan
Namun pada akhirnya, sektor properti perumahan bisa mencapai 10 persen
tetap mampu menjadi tumpuan meski tahun 2021. Namun, pencapaian target
sempat terpuruk bersamaan dengan tersebut tergantung pada pengendalian
resesi ekonomi. pandemi Covid-19 yang diharapkan
Sepanjang 2021, sektor yang masih akan terjaga. ”Apabila nantinya
melibatkan banyak pelaku ekonomi pandemi sudah terkendali dengan baik,
ini menunjukkan geliat pemulihan, maka permintaan KPR non-subsidi juga
setelah setahun sebelumnya sempat akan meningkat,” kata dia.
jatuh dengan pelemahan harga hingga Haru menjelaskan, hingga September
50 persen. Berdasarkan data resmi, 2021, pertumbuhan KPR non-subsidi
kinerja pertumbuhan sektor ekonomi mencapai 2 persen. Apabila pandemi
yang terkait dengan properti, seperti bisa teratasi, maka pertumbuhan KPR
sektor real estate dan konstruksi, tumbuh non-subsidi tahun depan bisa mencapai
masing-masing 2,40 persen dan 2,43 5 persen. Dengan pertumbuhan tersebut
persen year on year. tentunya bisa mendukung kredit BTN
Dengan bekal itu, memasuki 2022, tahun depan di kisaran 10 persen.
stakeholder sektor perumahan kembali Pertumbuhan kredit BTN selalu berada Haru Koesmahargyo
menaruh harap kenaikan kinerja terjadi di atas industri perbankan dan hingga
lagi. Harapan itu tampaknya akan kuartal ketiga 2021, bank itu tumbuh
terwujud mengingat pemerintah tetap 6 persen, di atas industri perbankan
mengandalkan sektor ini untuk menjaga mencatat pertumbuhan kredit 2,12 Hadirnya BP Tapera
momentum pemulihan dan juga adanya persen. ini menjawab
perkembangan dari kelas nasabah baru. Tahun ini ekspektasi pembiayaan berbagai tantangan,
Pemerintah kembali menggantungkan perumahan masih tinggi karena tingginya
harap pada program Fasilitas Likuiditas permintaan. “Kebutuhan perumahan karena Tapera
Pembiayaan Perumahan (FLPP) di masih sangat tinggi di Indonesia karena menyediakan
periode kedua masa pandemi ini. saat ini terdapat backlog 11 juta rumah
Tahun ini fasilitas pendanaa tersebut yang menjadi potensi penyaluran kredit,” pendanaan murah
menargetkan membiayai 200 ribu unit ungkap Haru. dan juga jangka
rumah, meningkat 25 persen dari target Dia mengapresiasi pemerintah dan
tahun sebelumnya yang sukses terwujud. regulator jasa keuangan yang membuat panjang. Dengan
Pemerintah juga sudah memutuskan program serta berbagai kebijakan yang program ini, supply,
untuk memasukkan program FLPP ke mempertemukan antara permintaan
dalam lembaga khusus bernama Badan perumahan dari masyarakat dan pasokan demand, dan pihak
Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat dari perbankan. Seperti, pelonggaran intermediasi akan
(BP Tapera) akhir 2021 lalu. Lembaga ini kebijakan seperti loan to value (LTV)
sebelumnya merupakan hasil likuidasi dan juga kelanjutan dari diskon pajak lebih dekat bertemu
dari Bapertarum-PNS pada tahun 2018. pertambahan nilai (PPN) serta stimulus
Bapertarum dahulunya dibentuk untuk lain yang mendorong peningkatan
mendukung penyediaan perumahan bagi permintaan KPR ke depan. Selain itu,
pegawai negeri sipil (PNS). “Hadirnya BP terdapat pula stimulus seperti subsidi
Tapera ini menjawab berbagai tantangan, yang diberikan kepada masyarakat,
karena Tapera menyediakan pendanaan serta dorongan intermediasi perbankan
murah dan juga jangka panjang. Dengan dengan adanya dana jangka panjang dan
program ini, supply, demand, dan pihak murah dari BP Tapera.
intermediasi akan lebih dekat bertemu,” Penilaian itu tidak keliru. Komisioner
www.stabilitas.id Edisi No.184 / Tahun 2022 83

