Page 13 - Modul Sejarah Peminatan Mariana
P. 13
Modul Sejarah Peminatan Kelas XI KD 3.1 dan 4.1
2) Hubungan Sriwijaya dengan Tiongkok
Selain dengan India, Sriwijaya juga berusaha keras menjalin persahabatan dengan Tiongkok.
Di dalam berita-berita Tiongkok, disebutkan bahwa, Raja Sriwijaya berkali-kali mengirim utusan
ke Tiongkok, yakni pada tahun 971, 972, 974, dan 975. Namun berita Tiongkok itu, tidak
menyebutkan nama raja yang mengirim utusan-utusan tersebut. Kemudian pada tahun 980 dan
983, raja Sriwijaya yang disebut Bernama Hi-Shih mengirim lagi utusan ke Tiongkok, disebutkan
pula pada tahun 902 ada pula utusan dari Jawa. Ketika ia akan pulang ke negerinya, terpaksa
harus tinggal untuk sementara waktu di Kanton, karena ia mendengar Sriwijaya dan kerajaan di
Jawa sedang berperang.
d. Kehidupan Politik
Raja-raja Sriwijaya berikutnya antara lain sebagai berikut.
1) Raja Dharmasetu
2) Raja Balaputradewa
Pada masa pemerintahan Balaputradewa itulah Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak
kejayaannya. Pada saat itu wilayah kekuasaan Sriwijaya makin bertambah luas. Perdagangan dan
pelayaran maju pesat, sehingga Sriwijaya juga menjadi pusat perkembangan agama Buddha.
Sama halnya dengan kapan Balaputradewa mulai memerintah, tidak diketahui pula kapan
pemerintahannya berakhir.
3) Sri Sudamaniwarmadewa
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sriwijaya makin terkenal sebagi pusat penyebaran
agama Buddha.
4) Mara Wijayatunggawarman
Dalam masa pemerintahannya Mara Wijayatunggawarman berhasil memulihkan kewibawaan
Kerajaan Sriwijaya dengan menduduki Kembali daerah Semenanjung Malaya sehingga ia disebut
Raja Kataha (Kedah di Malaya) dan Raja Sriwijaya.
5) Sanggrama Wijayatunggawarman
e. Sistem Pemerintahan
Bagaimana raja-raja Sriwijaya mengatur pemerintahannya atas daerah kekuasaannya yang
luas itu, kita hanya mendapat sedikit gambaran dari Prasasti Telaga Batu. Di dalam prasasti itu
selain kutukan terhadap para pelaku kejahatan dan mereka yang tidak menaati titah raja.
Untuk kelancaran jalannya pemerintahan, Kerajaan Sriwijaya dibagi dalam sejumlah
mandala (wilayah kekuasaan), dan setiap mandala dipimpin oleh seorang datu. Para datu atau
bhupati bertugas menjaga keamanan wilayahnya juga mengumpulkan pajak dari berbagai pihak
untuk disetorkan ke kerajaan pusat.
f. Sistem Sosial
Selain sebagai badar transito terbesar, Sriwijaya dikenal pula sebagai kerajaan Buddha
terbesar di Asia Tenggara. Pada tahun 672 Masehi, seorang biksu Bernama I-Tsing, berangkat
dari Kanton hendak ke India. Ia singgah di Shi-li – Fo-chi (Sriwijaya), dan tinggal selama 6 bulan
di daerah itu. Kemudian sebelum melanjutkan pelayarannya ia pergi ke Mo-lo-yeu (Melayu) dan
tinggal selama 2 bulan disana. I-Tsing yang masih Kembali lagi ke Sriwijaya pada tahun 692,
mengatakan Sriwijaya itu merupakan kota berbenteng. Di sana ada sekitar 1.000 orang biksu yang
mempelajari agama Buddha, dan di bawah bimbingan biksu terkenal Bernama Syakyakirti.
Terkesan oleh kemajuan Sriwijaya sebagai kerajaan Buddha yang sangat maju, I-Tsing
menganjurkan agar biksu-biksu Tiongkok sebelum ke India, sebaiknya mampir di Sriwijaya untuk
mempelajari dasar-dasar agama Buddha dalam setahun atau dua tahun.
@2021, SMAN 7 Bekasi 13