Page 21 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 21

Pasca  kemerdekaan, ada perbedaan perspektif dalam pendaftaran
            tanah  adat (Ho, 2022).  Secara  umum  terdapat kecenderungan  untuk
            mengabaikan dan mempertimbangkan keberadaan tanah adat (Otto et
            al., 2012). Asia, Afrika dan Amerika Latin merupakan contoh negara yang
            didominasi keinginan politik yang kuat untuk melakukan modernisasi
            dengan  cara menaikkan nilai  ekonomi  tanah. Hal ini  mengakibatkan
            negara-negara ini  cenderung  tidak memperhatikan  dan menganggap
            keberadaan hak-hak  adat. Hal itu  dilakukan karena mereka merasa
            keberadaan hak adat di masyarakat adat menghambat proses pelaksanaan
            pendaftaran  tanah.  Di masa kolonialisme,  negara-negara  tersebut
            memutuskan  untuk tidak  memformalisasikan tanah-tanah  adat  yang
            diatur oleh hukum adat. Hal ini dikarenakan, kebijakan tersebut bagian
            dari  rencana kebijakan  unifikasi  hukum  tanah nasional  (Simarmata,
            2021).

                Indonesia menjadi salah satu negara bekas jajahan Kolonial-Belanda
            yang memilih berhati-hati dalam mempertimbangkan keberadaan hak-
            hak adat dalam  pelaksanaan  pendaftaran  tanah.  Pendaftaran  tanah
            pada dasarnya dapat dilakukan secara sporadis maupun sistematis. Jika
            berpedoman pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
            1960 (UUPA), Indonesia berkeinginan untuk memiliki kesatuan sistem
            hukum  tanah nasional  sebagai  upaya menciptakan kepastian hukum
            dan kesederhanaan (Apriani & Bur, 2020). Hal itu juga berlaku bagi
            pengaturan keberadaan masyarakat hukum  adat  dan  pengakuan hak-
            hak atas tanah adat di Indonesia. Pasal 19 ayat (1) UUPA menyatakan
            bahwa “untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan
            pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia”. Pendaftaran
            tanah menurut PP Nomor 24  Tahun 1997  merupakan kegiatan  yang
            dilakukan  secara terus  menerus,  berkesinambungan,  dan teratur
            meliputi pengumpulan, pengolahan,  pembukuan,  dan penyajian  serta
            pemeliharaan data fisik dan yuridis dalam bentuk peta dan daftar tanah.
                Sumardjono  (2010)  menyebutkan  bahwa  terdapat  3  (tiga)  entitas
            tanah  yang  dihasilkan dari  konsepsi  hubungan antara  negara dengan
            tanah  yaitu: (i)  tanah hak;  (ii)  tanah negara;  dan (iii)  Tanah Ulayat.
            Namun pada kenyataannya, selama ini entitas Tanah Ulayat bukanlah



            2     Dinamika Pendaftaran Tanah Adat
                  di Kampung Naga
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26