Page 22 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 22

entitas tersendiri. Hal ini disebabkan oleh, Tanah Ulayat tidak pernah
            dipandang  sebagai  tanah  yang memiliki kedudukan hukum  tertentu
            di  mata hukum (Sumardjono, 2010).  Kemudian,  Harsono (1997)  juga
            tidak memandang Tanah Ulayat sebagai entitas tanah tertentu, sehingga
            status tanah  yang  diakui  secara  hukum  hanya terdiri  dari:  (i) tanah
            negara; dan (ii) tanah hak. Oleh karena itu, Pendaftaran Tanah Ulayat
            belum  dapat  dilaksanakan  secara  optimal  (Suhattanto, 2019). Hal ini
            membuat pemerintah mulai mengambil langkah awal untuk melakukan
            inventarisasi dan identifikasi Tanah Ulayat sebagai prioritas nasional di
            tahun 2021-2024 (Firnaherera & Lazuardi, 2022).
                Kepedulian pemerintah terhadap keberadaan masyarakat adat dan
            hak-hak atas  tanah adat  sudah  menjadi  perhatian  sejak  berlakunya
            UUPA (Gultom & Sirait, 2023). Perdebatan yang terjadi terkait pengakuan
            dan  perlindungan  terhadap  masyarakat adat dan  hak-hak adat atas
            sumber  daya  alamnya  tidak  ada habisnya (Salamat,  2016).  Konflik
            dan sengketa antar masyarakat adat dengan wilayah sekitar juga tidak
            dapat dihindari. Terutama sengketa tanah seperti kehutanan (Anggoro,
            2018), pertambangan (Ihyamuis, Patittingi & Lahae, 2022) perkebunan,
            infrastruktur,  maupun  pembangunan  (Ilyasa,  2020).  Oleh  karena  itu,
            negara memiliki kebijakan untuk mengatur kepemilikan hak atas tanah
            secara hukum  sebagai  upaya memberikan kepastian hukum  terkait
            legalisasi aset di Indonesia agar tertib administrasi pertanahan (Surya,
            2022).
                Berdasarkan data Badan Registrasi Wilayah Adat (2023), wilayah adat
            di Indonesia berjumlah 1.622 wilayah adat dengan bebarapa klasifikasi
            diantaranya,  1.328 wilayah adat  sudah  terintegrasi.  Artinya, wilayah
            adat dengan status terintegrasi berarti statusnya akan masuk ke dalam
            proses verifikasi. Kemudian, terdapat 178 wilayah adat terverifikasi yang
            berarti wilayah adat ini merupakan wilayah dengan data dan informasi
            wilayahnya  telah diperiksa dan  sesuai dengan  peninjauan  lapangan.
            Selain itu, ada 58 wilayah adat yang sudah tersertipikasi, berarti wilayah
            adat tersebut sudah mengikuti seluruh tahapan dan telah disahkan oleh
            Kepala Badan Registrasi Wilayah Adat sebagai bukti. Terakhir yaitu ada 3
            wilayah adat tercatat sebagai wilayah adat yang baru, artinya wilayah adat




                                                                   BAB 01   3
                                     Membangun Identitas Kampung Naga Melalui Tanah
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27