Page 24 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 24

Tanah bagi masyarakat  adat Kampung Naga bukan  sekadar  aset
            ekonomi,  melainkan memiliki nilai  spiritual, budaya,  dan  sosial  yang
            mendalam. Melalui tanah, identitas dan kearifan lokal diwariskan dari
            generasi ke  generasi. Namun,  proses  pendaftaran  tanah  di  Kampung
            Naga bukanlah  perkara sederhana.  Berbagai  tantangan, baik dari segi
            hukum, birokrasi, maupun pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
            legalitas hak atas tanah kerap menjadi hambatan.

                Masyarakat adat di  Kampung  Naga  belum diakui  sebagai desa
            adat oleh negara sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang
            Nomor 6  Tahun 2014  Tentang Desa. Hingga  saat ini, baru  terdapat 2
            (dua) Peraturan Daerah yang memayungi Kampung Naga yaitu Peraturan
            Daerah Nomor 2 Tahun 2005 menetapkan Kampung Naga sebagai tujuan
            wisata budaya dan Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya No. 1 Tahun
            2014 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Cagar Budaya di Kabupaten
            Tasikmalaya. Kebijakan ini diberlakukan untuk meningkatkan eksistensi
            identitas Kampung Naga sebagai komunitas adat yang unik. Sebagaimana
            disampaikan oleh Illiyani (2018) bahwa untuk mendapatkan pengakuan
            oleh negara sebagai desa adat atau Tanah Ulayat terkendala oleh jumlah
            penduduk  yang  belum  mencukupi  sebagai syarat  pembentukan  desa
            baru  di  Kampung Naga. Meskipun  demikian,  mereka  tetap berkiblat
            ke pemerintah pusat  dengan  tetap  menjalankan  kehidupan  secara
            tradisional,  sehingga mereka juga memiliki hak  dan kewajiban  sama
            seperti warga negara lain. Salah satunya yaitu mendapat perlindungan
            kepastian  hukum  hak atas  tanah dan  sumber daya alamnya  melalui
            kebijakan pendaftaran tanah.

                Pelaksanaan  pendaftaran  tanah  dapat berhasil  jika  ada korelasi
            positif antara  pemerintah dengan  masyarakat,  termasuk  masyarakat
            adat (Feiring, 2013).  Dalam  realitanya,  terdapat beberapa masyarakat
            adat  yang menolak masuknya kebijakan  pemerintah ke  wilayah
            adat mereka (Ismanto, 2017). Penolakan masyarakat  adat  dalam hal
            formalisasi  kepemilikan  tanah  akan berdampak negatif  terhadap
            keberhasilan program pemerintah (Chandra, 2022). Tekanan lahan yang
            meningkat  akan memicu konflik  penguasaan maupun kepemilikan
            tanah  yang  mengakibatkan  terhambatnya potensi produktif  tanah




                                                                   BAB 01   5
                                     Membangun Identitas Kampung Naga Melalui Tanah
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29