Page 40 - Dinamika Pendaftaran Tanah Adat di Kampung Naga
P. 40

Produk  pendaftaran  tanah berupa  sertipikat hak milik. Namun
            dalam kegiatan  pendaftaran  tanah  penerbitan  sertipikat hak milik  di
            masyarakat  adat  terdapat hak kepemilikan  tanah  secara  pribadi  bagi
            subjek tanahnya perorangan dan hak kepemilikan tanah secara komunal
            bagi subjek tanahnya milik bersama (Guntur, 2023). Agar penguasaan
            tanah komunal  oleh  perorangan juga mempunyai kepastian, maka
            selain diterbitkan Sertipikat Hak Milik, diterbitkan juga hak lain di atas
            Hak Milik Desa Adat. Misalnya diterbitkan Hak Pakai di atas Hak Milik
            Desa Adat untuk tanah desa atau HGB di atas Hak Milik untuk tanah
            pekarangan desa, sesuai jenis penggunaannya (Apriani & Bur, 2020).
                Kepemilikan komunal dan kepemilikan kolektif berbeda. Kelompok
            atau komunitas adat yang hidup bersama dalam suatu wilayah (adat)
            dengan  hubungan  timbal balik yang  kuat dan  teratur dikenal sebagai
            kepemilikan komunal. Setelah memberi  tahu  pemimpin komunitas,
            semua anggota komunitas dapat mengakses tanah adat secara terbuka
            (Guntur, 2023).  Jika  ada  anggota komunitas keluar  dari  kelompok
            komunitas, mereka  tidak  dapat menuntut bagian  dari  kepemilikan
            komunal karena kepemilikan umum, tidak terpisahkan, dan tidak dapat
            dibagi-bagi.  Bagian kepemilikan  tanah yang dapat dibagi berdasarkan
            modal  perolehan dalam  kepemilikan  bersama disebut dengan
            kepemilikan kolektif.

            E.  Pranata Adat
                Malisngorar & Sugiswati (2017) menyebutkan bahwa pranata adat
            merupakan lembaga  yang lahir  dari  nilai  adat  yang harus  dihormati,
            diakui, dan  ditaati oleh  masyarakat  adat.  Kemudian  Halimah  (2023)
            menjelaskan  bahwa  dalam  tradisi ilmu  sosiologi,  pranata  adat
            didefinisikan sebagai susunan pengetahuan terkait tentang baik, buruk,
            benar, dan kebenaran-kebenaran kehidupan (nilai sosial) yang dikodekan
            sebagai peraturan bertingkah laku para anggotanya serta dijaga oleh peran
            kepemimpinan  (posisi  sosial)  dalam  pelaksanaannya.  Pengertian  ini
            membagi pranata adat ke dalam tiga dimensi sosial: nilai sosial yang telah
            lama dibangun, peran kepemimpinan dalam memastikan bahwa nilai-
            nilai ini dijaga. Selanjutnya, ketiga dimensi sosial pranata adat tersebut
            menghubungkan berbagai aspek kehidupan. Hal ini termasuk tata cara



                                                                   BAB 02   21
                                                    Masyarakat Adat dan tanahnya
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45