Page 14 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 14
Mochammad Tauchid Kata Pengantar Penulis
Dalam ungkapan yang lebih beraroma sloganistik ’STPN adalah Hindia Belanda, bagaimana prakteknya dengan segala
Cermin dan sekaligus Pembaharu BPN RI’. akibatnya. Juga hak-hak tanah menurut hukum adat dengan
Sebagai jalan untuk memenuhi hasrat tersebut STPN an- segala peraturan yang mengikutinya, untuk sekedar dapat
tara lain sedang dan telah memfasilitasi penerbitan-pener- memberi gambaran yang jelas, apa yang dijalankan
bitan karya-karya keagrariaan terbaik yang dihasilkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dulu, agar dalam usaha kita
kalangan pakar, akademisi, scholar, pegiat, termasuk seniman menyelesaikan soal ini mempunyai gambaran, mengetahui
melalui STPN Press. Mereka ini datang tidak saja dari kalangan pokok pangkal yang menimbulkan keadaan semacam ini.
internal staf pengajar STPN sendiri, namun mencakup pula Mengingat bahwa soal agraria itu merupakan soal yang
mereka yang tergabung dalam associate scholars, mitra jeja- meliputi seluruh penghidupan, maka persoalannya tidak ha-
ring, dan kalangan luas lainnya. nya terbatas kepada soal-soal hukum dan politik, tetapi soal-
Dimulai pada tahun 2007, STPN Press mulai meluncurkan soal teknis menjadi juga persoalan yang bersangkutan.
satu buku berjudul ’Pemberdayaan Setengah Hati’ ditulis oleh Dengan uraian dalam buku ini Penulis berharap akan da-
rekan Sutaryono staf pengajar STPN yang mendasarkan sub- pat menyumbangkan pikirannya dalam soal yang mengenai
stansi karangannya pada hasil riset studi magisternya pada salah satu tiang penghidupan Rakyat Indonesia, terutama bagi
disiplin sosiologi. Sementara di awal 2009 STPN Press secara kebahagiaan Tani Indonesia.
beruntun meluncurkan dua buku, masing-masing bertajuk
’Kebangkitan Studi Reforma Agraria di Abad ke 21’ dan ’Refor- Bogor, Januari 1952
ma Agraria: Dinamika Aktor dan Kawasan’. Kedua buku ini
berisi naskah-naskah terkini (tahun 2000-an) yang ditulis oleh Mochammad Tauchid
para pakar agraria ternama berkebangsaan asing yang kemu-
dian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Namun sebelum dibukukan naskah-naskah tersebut men-
jalani suatu proses yang terbilang istimewa karena didisku-
sikan lebih dahulu secara intensif melalui suatu forum diskusi
yang disebut ’Lingkar Belajar Bersama Reforma Agraria’
(LIBBRA). Forum diskusi ini mula-mula dirintis oleh STPN,
Lembaga Karsa di Yogyakarta, dan Sajogyo Institut di Bogor
pada tahun 2008,
Gelar forum Diskusi LIBBRA (Cross Border Learning
Circle of Agrarian Reform) dipandu rekan Noer Fauzi, kini
vi xv