Page 26 - Land Reform Lokal Ala Ngandagan: Inivasi system Tenurial Adat di Sebuah Desa Jawa, 1947-1964
P. 26
Prakata Penulis
dan banyak berdiskusi untuk saling berbagi informasi. Untuk
itu ucapan terima kasih disampaikan khususnya kepada Pak
Satyawan Sunito selaku koordinator tim kedua serta kepada
para peneliti yang tangguh live in di lapangan: Mas Bayu
Eka Yulian (dari Pusat Kajian Agraria IPB), Pak Aristiono
Nugroho dan Pak Tulus Subroto (dari STPN), serta Mbak
Endah Cahya Immawati (SAINS) dan Mbak Tyas Retno
Wulan (dari Universitas Soedirman, Purwokerto).
Penulisan buku ini sendiri hingga menjadi bentuknya
sekarang melalui perjalanan panjang dan dimatangkan setelah
mengalami proses interaksi dengan banyak pihak. Laporan-
laporan lapangan sebagai “embrio awal” yang menjadi
bahan penulisan buku ini dipersiapkan penulis kedua
bersama anggota tim lainnya. Beberapa puzzle informasi
yang belum lengkap atau masih harus direkonstruksi lebih
lanjut membuat laporan-laporan awal itu masih harus
diinterpretasikan lebih lanjut sehingga konteks situasi agraria
dan kondisi tenurial yang sebenarnya dihadapi pada tahun
1947 dapat dijelaskan.
Fellowship yang diberikan oleh Indonesian Young
Leaders (IYL) Programme dari Leiden University kepada
penulis pertama telah memungkinkannya berinteraksi dengan
para peneliti di Van Vollenhoven Institute (VVI), Fakultas
Hukum Universitas Leiden. Koleksi kepustakaan mengenai
hukum adat dan sistem tenurial masyarakat Indonesia
yang melimpah di lembaga ini, demikian pula literatur
sejarah Indonesia yang amat kaya di KITLV, memberikan
bahan yang amat membantu pemahaman penulis pertama.
Dalam proses inilah sejumlah puzzle mengenai beberapa
xxv