Page 140 - Hak Atas Tanah bagi Orang Asing
P. 140

Hak Atas Tanah Bagi Orang Asing  117

              B.   Pengaturan Larangan Kepemilikan Tanah Hak Milik
                  Oleh Orang Asing

              1.  Pada Tahun 1960-1967

                  Aturan larangan  pengasingan  tanah Stbl.  1875  No.  179  telah
              dicabut dengan  sendirinya oleh  UUPA,  karena ada dua alasan :
                                                                          31
              Pertama, adanya  perlakuan  yang  berbeda antara  sesama warga
              negara Hindia Belanda.  Warga negara  dibedakan menjadi  tiga
              golongan penduduk, yaitu penduduk Indonesia, penduduk Eropa,
              dan penduduk Timur Asing. Pemikiran ini jelas bertolak belakang
              dengan semangat UUPA. UUPA tidak mengenal golongan penduduk.

              UUPA hanya mengenal warga negara dan bukan warga negara yang
              disebut orang asing. Tidak ada  perbedaan  perlakuan antarsesama
              warga negara,  dari  manapun  asalnya. UUPA  tidak membedakan
              warga negara asli dan warga negara tidak asli, tetapi membedakan
              antara masyarakat ekonomi kuat dan lemah. Pihak yang ekonomi
              kuat, bisa berasal dari warga negara asli, bisa juga warga negara tidak
              asli. Sudargo Gautama berpendapat bahwa ketentuan Pasal 26 ayat
              (2) UUPA adalah pengganti aturan larangan pengasingan tanah Stbl.
              1875. No 179. Pasal 26 ayat (2) UUPA mengatur, bahwa:

                  Setiap jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan
                  wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk
                  langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada
                  orang asing,  kepada  seorang  warga-negara yang  di  samping
                  kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan
                  asing ....adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada
                  Negara,... (cetak miring penulis).

                  Ketentuan Pasal 26 ayat (2) UUPA dengan tegas menggunakan
              kriteria kewarganegaraan Indonesia, bukan lagi berpegang  pada


              31  Gouwgioksiong, Tafsiran...,  Op. Cit.,  hlm.    8-9; Moh.  Mahfud MD,
                  Politik Hukum..., Op. Cit., hlm. 180;  lihat juga SF. Marbun & Moh.
                  Mahfud MD,  Pokok-Pokok  Hukum  Administrasi  Negara,  Yogyakarta:
                  Liberty, 2009, hlm. 153.
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145