Page 110 - REFORMA AGRARIA EKOLOGIS
P. 110

40 % terkait BPHTP; 50 % terkait PBB; dan 5
                                % terkait Konflik dan Sengketa Permasalahan,
                                untuk SRA Pertanian angka ini berturut-turut
                                sebesar 93%, 16%, 90%,  dan 3%.  Persentase
                                ini menunjukkan bahwa kinerja  ATR/BPN  di
                                bidang  pertanahan  masih  jauh dari  optimal,
                                utamanya dalam pemberian kepastian hukum/
                                Hak atas  Tanah dan  koordinasi  kebijakan
                                dengan Lembaga Perpajakan/penentuan NJOP
                                terhadap objek wajib pajak.
                            b.  Persentase  keterlibatan  perempuan dalam
                                kelembagaan UMKM Gerabah/Keramik sebesar
                                5 % dan untuk Pertanian sebesar 2 %, hal ini
                                menunjukkan bahwa perempuan masih belum
                                optimal mengambil peran strategis dalam usaha
                                ekonomi.  Peran itu bisa berupa keanggotaan,
                                aktivitas, bahkan  pengambilan keputusan.
                                Ketidakoptimalan peran itu boleh jadi  terkait
                                tingkat pendidikan, penguasaan modal, sosial,
                                budaya masyarakat yang memberi kesempatan
                                lebih kepada kelompok gender dominan.

                            Sebagai  proses  sosial,  Pemetaan Sosial  di Desa
                            Panjangarejo menghadapi beberapa kendala:
                            a.  Terjadi penolakan kegiatan Penataan Akses oleh
                                SRA di wilayah yang terdampak konflik agraria
                                struktural  yang upaya-upaya penyelesaiannya
                                selalu kandas dan mangkrak 10 tahun.
                            b.  Penolakan ini meluas hingga ke wilayah dusun
                                terdekat karena  pencatatan identitas  tanah
                                menimbulkan kecurigaan  dan kewaspadaan,
                                mengingat Sertipikat adalah dokumen sensitif.
                                Demikian pula, pencatatan  koordinat  dari
                                tanah yang identitasnya dicatat.





                                                                 BAB III  95
                                                     PENATAAN AKSES EKOLOGIS
   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115