Page 8 - Dari Tanah Sultan Menuju Tanah Rakyat
P. 8
KATA PENGANTAR PENERBIT
Buku ini memberi bahan renungan yang menarik bagi
kita. Apa arti Reorganisasi Tanah pada masa awal abad ke-
20 di Yogyakarta, tepatnya tahun 1917 itu? Penulis menun-
jukkan bahwa reorganisasi tersebut merupakan “modernisasi
sistem pertanahan” dan ikatan-ikatan sosial-politik yang telah
terbangun semula di atasnya. Di satu sisi Reorganisasi telah
mampu memperkuat rakyat akan hak atas tanah dengan
mengubah status rakyat yang semula mengakses tanah
dengan hak anggaduh (menguasai secara aktual dalam bentuk
garap) berubah menjadi hak andarbe (memiliki secara formal).
Di sisi lain, Reorganisasi itu—jika menggunakan istilah seka-
rang—adalah tindakan “pengadaan tanah” bagi proses pem-
bangunan pemerintah kolonial, perluasan kesempatan ekono-
minya, dan kepentingan umum.
Secara sosial-budaya, Reorganisasi Tanah itu meruntuh-
kan sistem feodal yang terbangun secara patron-klien dalam
sistem apanage (lungguh). Dalam sistem ini, tanah dimiliki oleh
raja dan pengurusannya diserahkan kepada sentana dan para
priyayi yang mereka ini memiliki hak ke-patuh-an (pengelo-
vii