Page 424 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 424
GERAKAN AGRARIA TRANSNASIONAL
diperebutkan, pada politik yang memiliki akses ke lahan
tersebut dan munculnya apa yang Hajer (1993, 1995) sebut
sebagai ‘Wacana koalisi’, yang mendominasi ruang ter-
pisah. Selain melihat wacana sebagai ruang terpisah dalam
bidang praktek dan institusi, kami juga memeriksa
hubungan dari praktek-praktek terpisah dari kelembagaan
pemerintah dan non-pemerintah, transnasional, nasional
dan organisasi akar rumput yang terlibat dalam perjuangan
gerakan agraria dan gerakan lingkungan di Indonesia
Pergeseran koalisi ini meliputi pergeseran yang terjadi
di gerakan agraria dan lingkungan, serta organisasi ma-
syarakat adat dengan kepentingan yang mungkin berhu-
bungan dengan salah satu ataupun keduannya, ini mem-
bantu kami untuk lebih mengerti apa yang dimaksudkan
dalam tesis Christodolou (1990, 112) bahwa “reforma
agraria adalah turunan dari konflik agraria”. Secara khusus,
kami berpendapat bahwa bentuk koalisi didalam konteks
konflik agraria khususnya mempunyai efek yang lama,
bahkan ketika kelompok-kelompok gerakan bergerak maju
dan mengikuti yang baru, disana banyak lintasan yang
terpisah. Efek berbeda dari beragam konflik yang berbeda
sangat jelas di Indonesia, di mana sejumlah konflik agraria
menghasilkan bermacam koalisi yang berbeda dan
membantu menghasilkan peluang politik baru di masa-
masa berikutnya. Konflik Agraria di tahun 1960-an,
misalnya, tidak mengarah langsung ke reforma agraria
(Husken and White 1989; Farid 2005).
Suatu hal yang penting di sini adalah bagaimana
agraria didefinisikan. Ini penting terutama dalam
memahami kebangkitan kembali gerakan agraria di Indo-
nesia saat ini, Penguasa yang ditargetkan adalah “institusi
pengelolaan lingkungan”- Departemen Kehutanan.
Pengambilalihan jutaan hektar tanah oleh negara dengan
menciptakan hutan nasional menempatkan hak kehutanan
berada dijantung sebagian besar perjuangan agraria di In-
410

