Page 469 - Gerakan-gerakan Agraria Transnasional
P. 469
Mengklaim Tanah Untuk Reformasi Gerakan Agraria
yang lebih lanjut, logika apa yang mungkin disebut sebagai
akar rumput nasional termasuk migran yang berkeliling
untuk mencari pekerjaan di industri berbasis sumber daya
atau tanah yang mereka anggap sebagai “kosong” - tidak
selalu bekerjasama dengan baik dengan dengan logika dari
akarrumput lokal (Li 2007). Dengan demikian, kemitraan
di dan di dalam gerakan dan secara transnational belum
konsisten.
Yang menarik adalah bahwa mereka semua telah
belajar untuk berbicara tentang kelangsungan lingkungan,
yang mana telah menjadi semakin penting untuk dilakukan.
Okupasi Tanah harus memunculkan pengelolaan yang
berkelanjutan dalam rangka mewujudkan landasan moral
yang tinggi dan menciptakan dasar bagi reforma agraria.
Namun dalam keadaan seperti saat ini, reforma agraria
yang harus peka lingkungan dilihat sebagai pra-konfigurasi
oleh gerakan lingkungan, baik konservatif maupun radikal.
Referensi
Aditjondro, George J., 1993. ‘The Media as Development
“Textbook”: A Study on Information Distortion in the
Debate about the Social Impact of an Indonesian Dam
(Kedung Ombo Dam)’. PhD Dissertation, Cornell
University.
Aditjondro, George J., 2003. ‘Kebohongan–Kebohongan
Negara Perihal Kondisi Obyektif Lingkungan Hidup
di Nusantara’. Yogyakarta: Pustaka Pajar.
Adiwibowo, Suryo, 2005. ‘Dongi-dongi – Culmination of
a Multi-dimensional Ecological Crisis: A Political Ecol-
ogy Perspective’. PhD Dissertation, Universität Kassel,
Germany.
Afiff, Suraya, 2004. ‘Land Reform or Customary Rights?:
Contemporary Agrarian Struggles in South Tapanouli,
455

