Page 496 - Kembali ke Agraria
P. 496
Epilog
kembangan diskursus tentang reforma agraria, belum tentu akan
dianggap ‘menarik’ oleh redaksi media massa.
Apalagi isu atau tema agraria bukanlah tema yang mudah untuk
dikemukakan ke publik kota, dimana sebagian besar pembaca media
cetak dengan muatan artikel-artikel semi-ilmiah-semi-populer
bertempat tinggal. Media cetak semacam ini lebih senang menampil-
kan tulisan-tulisan atau berita yang berkaitan dengan masalah agra-
ria khususnya jika hal itu terkait atau bisa dikaitkan dengan kasus-
kasus penggusuran. Berita atau contoh-contoh dari kasus penggu-
suran dapat dikategorikan sebagai ‘news’, sementara masalah-mas-
alah agraria lainnya yang tidak kalah penting seperti ketimpangan
penguasan tanah misalnya sangat sulit diolah menjadi ‘news’ tanpa
menampilkan kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan ‘pende-
ritaan’ orang-orang yang tak bertanah atau memiliki lahan sempit.
Meskipun banyak berita dan kasus tentang kemiskinan merupa-
kan ‘news’ bagi media massa, maka sangat jarang ditampilkan akar
dari persoalan kemiskinan itu yang letaknya ada pada masalah agra-
ria. Belum lagi jika kita melihat besarnya kemungkinan bias kota
dalam media massa di Indonesia. Untuk pembaca kelas menengah
kota, dan mungkin juga para anggota redaksi dan pemilik media
massa, yang juga banyak dari mereka adalah para tuan tanah, prob-
lem ketimpangan penguasaan tanah adalah problem yang terlalu
spesifik dan sering dianggap sebagai problem yang ‘sulit untuk
dipahami’. Kelas menengah kota, juga tuan-tuan tanah mungkin
dengan alasan kemanusiaan atau hak azasi manusia dapat menaruh
simpati dan perhatian terhadap hilangnya hak seseorang atau seke-
lompok orang atas tanah yang selama ini mereka kuasai; tetapi jika
suatu ulasan atau kampanye yang menyangkut pembatasan pengu-
asaan tanah, kecil kemungkinan mereka akan bersimpati.
Itu sebabnya banyak sekali tulisan-tulisan yang sangat bagus,
bermutu, kritis tetapi sekaligus cukup radikal mengenai gerakan
petani dan pembaruan agraria yang tidak dapat dimuat di media
massa seperti koran, sehingga hanya menjadi konsumsi kalangan
477

