Page 135 - REFORMA AGRARIA INKLUSIF
P. 135
anggota untuk maju karena keputusan dan kontrol
berada pada elit lembaga.
Singkatnya, model ini untuk SRA yang sudah
berdaya, sedangkan model dimaksudkan untuk
memberdayakan SRA yang belum berdaya. Menurut
hemat kami, tujuan dari model ini masih dalam
paradigma Ekonomi Pertumbuhan yang berbagai
kekurangannya sudah diuraikan di awal bab ini
dan masih dalam bingkai Ketahanan Pangan yang
membuka akumulasi laba oleh swasta melalui
kartel pangan yang berdampak ketimpangan
ekonomi disektor vital, bukan Kedaulatan Pangan
yang selaras dengan tujuan Reforma Agraria, yaitu
pangan diproduksi oleh mereka yang paling rawan
pangan dan rentan miskin karena tanah untuk para
tuna kisma penggarapnya.
b. Model Kemitraan
Model ini menggunakan pendekatan kelembagaan,
dalam arti optimalisasi fungsi lembaga. Model
Kolaborasi Lintas Sektor mengandalkan kerjasama
antara pemerintah daerah/OPD, Civil Society
Organization (CSO)/Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), dan/atau Badan Usaha dengan SRA dalam
pengelolaan dan pemanfaatan SSA dan peningkatan
kapasitas ekonomi SRA. Menurut Petunjuk Teknis
Penataan Akses 2023, kolaborasi ditakrifkan
sebagai upaya koordinasi dan konsolidasi berbagai
pihak dengan kepentingan yang berbeda untuk
menghasilkan kesamaan visi dan misi dalam
langgam mutualistik.
Secara teori, model ini dikembangkan dari konsep
Kolaborasi Penyelenggaraan Pemerintahan
(collaborative governance), yang ditakrifkan oleh
Ansell dan Gash (2007) sebagai “strategi dalam
120 REFORMA AGRARIAN INKLUSIF:
Praktik Penataan Akses Rumah Gender dan Disabilitas
di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul