Page 290 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 290
Melacak Sejarah Pemikiran Agraria
kesempatan bertanya. Itulah ciri “komparatif” sesuai nama
fakultas tersebut, dan itulah format perkuliahan program pasca
sarjana.
Kedua, ciri komparatif itu juga dicerminkan oleh beragamnya
dosen dari berbagai bangsa. Dosen-dosen Gunawan Wiradi ter-
diri dari 3 orang Amerika, 2 orang India, 2 orang Belanda, 1 o-
rang Pakistan, 1 orang Jepang, 1 orang Prancis, dan 1 orang Gu-
yana. Dengan demikian, suasana di kampus USM saat itu mirip
“East-West Center” di Honolulu, Hawaii. Bukan hanya dosen,
tetapi juga mahasiswanya berasal dari berbagai negara. Meski
tidak banyak, ada juga mahasiswa dari Inggris, Australia, Thai-
land, Indonesia dan India.
Ketiga, barangkali ini ciri yang penting. Untuk mengambil
program pasca sarjana, mahasiswa diberi tiga pilihan: (1) atas
dasar course work saja, (2) atas dasar penelitian saja, atau (3) atas
dasar dua-duanya. Gunawan Wiradi mengambil pilihan ketiga,
yaitu di samping mengikuti kuliah, sekaligus membuat tesis atas
dasar penelitian.
Gunawan Wiradi merasa beruntung memperoleh pembim-
bing Prof. Dr. Howard Beers dari Amerika (Ketua), Prof. Dr.
Paul Kaplan dari Amerika, Dr. Kumbat dari India, dan Prof. Dr.
Otomi Hutheesing, orang Belanda. Prof. Dr. Howard Beers telah
dikenalnya dengan baik sebab pernah mengetuai Kenteam
sewaktu membantu pengajaran di fakultasnya dulu di Bogor.
Ketika Gunawan Wiradi menulis tesis master-nya di Malay-
sia, ia tidak memasukkan masalah tanah sebab tidak ada data
yang mendukung dari data SAE yang digunakan tersebut. Saat
ujian bulan Mei 1978, tim penguji awal telah pulang semua,
termasuk Prof. Beers yang telah kembali ke Amerika bulan
Februari sebelumnya. Sehingga penggantinya yang tidak meng-
ikuti sejak awal proses penulisan tesisnya bertanya, hal apakah
yang menarik dalam melihat desa. Gunawan Wiradi menjawab
land tenure! Ia ditanya terus dan dengan nada heran sang penguji
bertanya, mengapa aspek itu justru tidak dianalisis. Akhirnya
Gunawan Wiradi diberi kesempatan 2 minggu untuk melakukan
237

