Page 298 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 298

Melacak Sejarah Pemikiran Agraria


                   Akan tetapi ketika Kompas menurunkan berita mengenai
               profil Dr. Onghokham yang hadir sebagai pembicara, disinggung
               pula acara ini. Hal itu membuat banyak pihak merasa khawatir.
               Gunawan Wiradi sebagai ketua panitia mendapat teguran dari
               beberapa pihak, termasuk dari Kementerian Dalam Negeri.
               Lokakarya ini berhasil mengajukan rekomendasi kepada pemerin-
               tah cq. Menteri Dalam Negeri RI. Isi rekomendasi antara lain,
               jika Indonesia konsisten dengan kesepakatan Konferensi Roma
               tersebut di atas, yakni ingin melaksanakan Reforma Agraria, per-
               lu dibentuk sebuah Badan Otorita yang berfungsi: (a) memperce-
               pat proses; (b) mengkoordinasikan semua sektor; dan (c) mena-
               ngani konflik. Patut disesalkan, Orde Baru tidak sungguh-sung-
               guh memperhatikan isu Reforma Agraria ini.
                   Lokakarya ini mencatatkan sekitar 44 nama baik sebagai pe-
               serta, pengamat, panitia pengarah, ditambah 8 bagian kesekreta-
               riatan. Mereka berasal dari universitas yang ada di Indonesia,
               Direktorat Jenderal Agraria, kantor gubernuran (Jawa Barat), dan
               dari luar negeri: ISS (Den Haag, Belanda), Pusat Studi Ilmu
               Sosial (Calcutta), Land Tenure Centre Wisconsin University
               (Madison, USA), Centre for Development Studies, Ullor, Trivan-
               dum (India), Nuffic (Belanda), Erasmus University (Belanda),
               IDRC, USAID dan Rockefeller Foundation.
                   Sebagai naskah akademis, hasil lokakarya itu memunculkan
               pertanyaan-pertanyaan tentang proses penetrasi kapitalisme di
               pedesaan (modernisasi dan komersialisasi pertanian), perubahan
               hubungan-hubungan sosial agraria, ketenaga-kerjaan dan relasi
               gender, migrasi, proses-proses deagrarianisasi, yang bukannya ti-
               dak lagi relevan untuk konteks sekarang, namun semakin dite-
               mukan bentuk aktualnya.
                   Tidak banyak orang yang mengetahui dan mengingat ke-
               beradaan lokakarya tersebut, di saat dunia luar negeri memberi
               perhatian mendalam. Rezim Orde Baru membuat isu Reforma
               Agraria terpasung sebab diidentikkan dengan program komunis.
               Padahal penataan struktur agraria yang timpang warisan dari
               kolonial, menuju ke arah penataan yang berkeadilan sosial
               merupakan agenda yang diusung sejak mula oleh para pendiri

                                                                        245
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303