Page 302 - Melacak Sejarah Pemikiran Agraria Indonesia Sumbangan Pemikiran Mazhab Bogor
P. 302
Melacak Sejarah Pemikiran Agraria
paking dan Moh. Amaluddin. Karya penulis terakhir diterbitkan
oleh UI Press dengan judul Kemiskinan dan Polarisasi Sosial,
(1987).
Pada tahun 1991, Gunawan Wiradi ikut mendirikan suatu
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bernama Yayasan Aka-
tiga-Pusat Analisis Sosial, yang berkedudukan di Bandung, se-
kaligus menjadi anggota Badan Pengurusnya sampai sekarang.
Semenjak itu, posisi dan aktivitasnya di LSM semakin meluas, di
antaranya sebagai anggota Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan
Agraria (KPA).
Noer Fauzi, salah satu pendiri Konsorsium Pembaruan Agra-
ria, mengakui bahwa buku yang disunting Sediono M.P. Tjon-
dronegoro dan Gunawan Wiradi berjudul Dua abad Penguasaan
Tanah merupakan “buku wajib” bagi aktivis gerakan agraria. Dua
nama itu beserta satu nama lainnya, Prof. Dr. Ir. Sajogyo, yang
senantiasa menyertai perjalanan studi dan gerakan agraria yang
ia jalani, menjadi jembatan penyambung yang menghubungkan
pengetahuan agraria pasca kemerdekaan dengan periode yang di-
jalaninya (1980-an hingga kini), ketika mengalami keterputusan
selama Orde Baru. 107
Gagasannya tentang landreform by leverage seakan meniupkan
roh perjuangan gerakan agraria. Landreform by leverage adalah
suatu usaha perubahan struktur penguasaan tanah tertentu yang
diprakarsai oleh petani secara terorganisir. Dalam konteks ketika
negara tidak menunjukkan niat baiknya melakukan restrukturisa-
si penguasaan tanah yang berkeadilan, di saat “pasar politik”
dikuasai oleh pemilik modal, “maka apa yang bisa dilakukan oleh
rakyat adalah berupa dorongan dan tekanan untuk membuka
mata penguasa politik agar sadar bahwa reformasi total tanpa Re-
forma Agraria adalah hampir tidak ada artinya”. Sehingga lan-
jutnya, “Pembaruan yang didasarkan atas pemberdayaan rakyat
harus dilakukan”. 108
107 Ibid.
108 Gunawan Wiradi, Reforma Agraria, Perjalanan yang Belum Berakhir (Bogor
dan Bandung: Sajogyo Institute, KPA, dan AKATIGA, 2009 [cetakan ke-dua]),
hal. 147.
249

