Page 515 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 515
M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)
Kecenderungan ini membawa beberapa konsekuensi be-
sar, termasuk dalam pengelolaan pertanahan nasional seba-
gai berikut.
Pertama, konversi lahan pertanian ke non-pertanian di
Jawa, yang relatif lebih subur dibandingkan dengan daerah-
daerah lainnya, akan terus berlangsung pada laju yang agak
mengkuatirkan. Hasil Sensus Pertanian 2003 menyebutkan
telah terjadi konversi lahan pertanian ke non-pertanian selu-
as 563,2 ribu hektar selama 3 tahun (antara tahun 1999 –
2002) meskipun secara nasional terjadi peningkatan lahan
pertanian seluas 285,2 ribu hektar selama 10 tahun terakhir
(tahun 1996 – 2006) ini. Yang perlu diperhatikan lagi bahwa
laju konversi lahan pertanian di Jawa cukup tinggi yaitu selu-
as 167,2 ribu hektar antara tahun 1999 – 2002 atau lebih
dari 50 ribu hektar per tahun. Nilai tambah sektor pertanian
yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan industri
dan permukiman mengakibatkan pengaturan tata ruang di
Jawa tidak akan berjalan dengan efektif.
Kedua, arus migrasi ke Jawa akan mengakibatkan daya
tampung Jawa semakin tidak memadai. Tanpa adanya peru-
bahan yang berarti dalam arus migrasi penduduk, Jawa akan
ditempati oleh sekitar 163 juta orang atau bahkan lebih
pada tahun 2025 nanti. Ini akan memberi konsekuensi yang
besar bagi penyediaan fasilitas pelayanan masyarakat. Pem-
bangunan transportasi di Jawa akan menghadapi biaya yang
sangat tinggi baik dari sisi ekonomi maupun sosial.
Ketiga, disparitas akan tetap besar dan bahkan berpoten-
si melebar antara Jawa dengan luar Jawa, serta antara
Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur
Indonesia (KTI). Pada gilirannya tidak memberi penguatan
468

