Page 591 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 591

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

                kehidupan petani karena sempitnya rata-rata penguasaan lahan di
                tingkat petani. Pelaksanaan PPAN perlu direncanakan secara cermat,
                sehingga dampak dari kegitan ini bisa optimal. Untuk itu beberapa
                hal berikut perlu mendapat perhatian kita bersama : (1) Kebijakan
                pendukung dalam upaya perbaikan distribusi dan struktur penguasaan
                tanah, (2) Perbaikan upah buruh tani (3) Upaya pengembangan
                kegiatan non-pertanian di pedesaan dan (4) Upaya memperkuat posisi
                rebut tawar petani.

            Pendahuluan

                Keinginan pemerintah untuk merealisasikan upaya
            perbaikan distribusi penguasaan dan pengusahaan lahan di
            tingkat petani, melalui pendistribusian 8,1 juta hektar lahan
            negara kepada petani berlahan sempit atau tuna kisma, patut
            disambut baik. Karena salah satu persoalan pelik kita selama
            ini adalah sempitnya rata-rata penguasaan lahan di tingkat
            petani, sehingga membatasi ruang gerak kita dalam upaya
            peningkatan taraf hidup petani. Kami dari Departemen
            Pertanian yang sehari-harinya selalu berhubungan dengan
            petani, menyadari betul bahwa upaya ini perlu direncanakan
            dengan seksama, sehingga upaya ini dapat menghasilkan
            efek pengganda yang tidak saja menguntungkan petani, teta-
            pi juga dapat menggerakkan perekonomian desa lebih prog-
            resif lagi.
                Secara umum permasalahan agraria di Indonesia dapat
            dikelompokkan kedalam empat bentuk, yaitu: pemilikan
            tanah yang sempit dan timpang, konflik pertanahan,
            inkosistensi hukum, serta kerusakan sumber daya alam.
            Kalau kita runut ke belakang, pangkal dari persoalan ini
            sebagian besar merupakan warisan kolonial. Persoalan
            dimulai dengan adanya keterlibatan swasta besar dalam
            pemanfaatan lahan di Indonesia  dari lahirnya  Undang-

            544
   586   587   588   589   590   591   592   593   594   595   596