Page 931 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 931

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

            ruan agraria semakin mendapat tempat dalam panggung
            politik Indonesia. Tapi, kecenderungan ini bukanlah gejala
            Indonesia semata. Karena, sebenarnya hampir di semua tem-
            pat di berbagai belahan dunia yang tengah mengalami proses
            integrasi ke dalam rezim pasar bebas yang intensif, keadaan
            yang demikian ini selalu terjadi. Jadi, bisa dikatakan, ini
            adalah sebuah gejala internasional.
                Jika merunut lebih kebelakang, sejak tahun 1975, Bank
            Dunia sebenarnya telah mengeluarkan sebuah dokumen
            penting yang berjudul Land Reform Policy Paper (LRPP).
            Dalam dokumen tersebut, Bank Dunia mengakui bahwa
            program Land Reform adalah sebuah jalan yang penting
            dalam menggerakkan perekenomian nasional sebuah negara
            dan dapat mendorong lebih cepat pertumbuhan ekonomi
            pedesaan.
                Namun, mengacu pada situasi pasar politik dewasa itu,
            dokumen tersebut tidak dijalankan. Sebab, pada masa itu
            lembaga-lembaga semacam WB masih menaruh keperca-
            yaan yang tinggi kepada keberhasilan revolusi hijau di bidang
            pertanian yang dianggap jauh lebih mudah dan aman secara
            politik. Di lain sisi, jurus penyesuaian ekonomi domestik
            ke dalam sistem ekonomi pasar internasional (Structural
            Adjusment Programs—SAPs) dianggap lebih jitu dalam
            mendorong pertumbuhan ekonomi.
                Dalam perkembangannya kemudian, kedua program
            tersebut justru secara nyata terbukti semakin meningkatkan
            ketergantungan petani kepada para industriawan benih, pu-
            puk dan pestisida. Sementara lahan-lahan pertanian mereka
            semakin kurus akibat model pertanian semacam ini. Semen-
            tara itu, SAPs bisa dengan mudah dibuktikan kegagalannya

            884
   926   927   928   929   930   931   932   933   934   935   936