Page 935 - Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria, 2006-2007 Bunga Rampai Perdebatan
P. 935
M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)
mungkin dibagikan tanpa ada keinginan kuat merombak
struktur agraria yang ada.
Keempat, PPAN tidak mengakomodasi sepenuhnya
keinginan menyelesaikan konflik agraria. Kelima, PPAN
bertumpu pada institusi yang lemah yakni BPN. Keenam,
PPAN kemungkinan di bawah bimbingan program-program
Bank Dunia yang mendorong liberalisasi pertanahan. Dan
terakhir, PPAN kemungkinan besar hanya sebuah dagangan
politik jangka pendek SBY-JK (Dianto Bahcriadi: 2006).
Sementara kelompok kedua, berangkat dari pandangan
bahwa PPAN bukanlah reforma agraria sejati seperti yang
diinginkan selama ini. Namun, sebagai sebuah batu loncatan
dalam mendorong pembaruan agraria sejati yang diinginkan.
Dengan demikian, PPAN dianggap sebagai peluang politik
yang ada dalam memperkuat basis-basis kelompok masya-
rakat dalam memperjuangkan Pembaruan Agraria.
Menurut Gunawan Wiradi, pembaruan agraria yang
sukses setidaknya memenuhi beberapa prasyarat utama
yang harus dipenuhi. Di antaranya: adanya keinginan politik
yang kuat dari pemerintah, organisasi tani yang kuat, adanya
elit politik yang terpisah kepentingannya dari elit bisnis,
adanya dukungan dari pihak tentara dan kepolisian, serta
minimal adanya pemahaman dasar dalam hal pembaruan
agraria. Dengan mengacu pada prasyarat inilah sesungguhnya
PPAN, dalam implementasinya kelak, mestilah diperjuang-
kan sebagai peluang politik untuk memperkuat prasyarat
yang diperlukan.
Pertama, dengan dijadikannya pembaruan agraria
sebagai sebuah program nasional dari pemerintah yang
berkuasa, pembaruan agraria akan lebih dapat menarik
888

