Page 118 - Jogja-ku(dune Ora) didol: Manunggaling Penguasa dan Pengusaha Dalam Kebijakan Pembangunan Hotel di Yogyakarta
P. 118
yang nilainya lebih murah sehingga mendapatkan tanah yang lebih
luas yang dapat digunakan untuk investasi, atau untuk anak cucu.
Dengan demikian secara tidak langsung terjadi pergeseran penduduk,
yang semula penduduk perkotaan menjadi penduduk pedesaan atau
pinggiran kota. 65
Maraknya pembangunan hotel di tahun 2013 menimbulkan
berbagai penolakan dari masyarakat, karena dinilai merugikan
masyarakat sekitarnya. Dari pengamatan penulis, para pemrakarsa
pembangunan hotel yang baru, mulai belajar dari kasus-kasus
penolakan hotel yang dahulu pernah terjadi, dengan lebih aktif
dalam upaya konsultasi publik dengan masyarakat sekitarnya
terutama dalam upaya pemberian kompensasi ganti rugi atas dampak
pembangunan yang terjadi. Dalam hal ini penulis mengambil contoh
pada pembangunan hotel di Jalan Panembahan Senopati, Kecamatan
Gondomanan. Menurut Pitra salah satu warga yang tinggal di
belakang hotel tersebut mengungkapkan bahwa selama ini sebelum
adanya pembangunan hotel, pihak hotel telah melakukan pertemuan
dengan warga, yang melibatkan 9 (sembilan) RT dan 3 (tiga) RW,
serta dihadiri oleh pihak Kecamatan, Kelurahan, Kapolda, Koramil.
Hasil musyawarah tersebut didapat kesepakatan bahwa dalam hal
pemberian kompensasi, warga terbagi menjadi 3 (tiga) ring, yakni ring
1 yang meliputi warga yang berbatasan langsung dengan hotel, serta
ring 2 dan ring 3 yang rumahnya agak jauh dari lokasi pembangunan
hotel. 66
66 Wawancara dengan Pitra, salah satu warga RT 11 yang berada di belakang Hotel di
Jalan Panembahan Senopa , Sayidan pada tanggal 20 Mei 2016
Dampak Dan Resistensi Atas Pembangunan Hotel 103