Page 20 - MODUL SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
P. 20
peristiwa atau kejadian. Jika telah diyakini benar tidak ada nash yang dimaksud baru-
lah dilakukan Qiyas. Dengan demikian, qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap
hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan illat akan melahirkan hukum
yang sama pula.
Sebagian besar ulama sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah syar’i dan terma-
suk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum yang lain. Apabila tidak terda-
pat hukum dalam suatu masalah baik dengan nash maupun ijmak dan yang kemudian
ditetapkan hukumnya dengan cara analogi dengan persamaan illat, maka berlakulah
hukum qiyas dan selanjutnya menjadi hukum syar’i. Di antara ayat al-Qur’an yang
dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah firman Allah:
ْ
َ
َ
َ
َ
َّ
ْ
َّ
َ
نأ مُتنَنظ ام رْشَحلا ل َّ و ِ لِ مِهراَيِد نِم ِباَتِكلا لْهأ ْ نِم او ُ رَفَك َنيِذلا َجرْخأ يِذلا وُه
ْ
ِ
ِ
َ
ْ ِ
َ
َ ِ
َ
َ
َ
َ
َّ
فَذَقو اوُبِسَتْحَي مل ُ ثْيَح ْ نِم ُ َّ اللّ مُهاَتأَف ِاللّ َنِ م مهُنوُصُح مهُت َ ْ ُ عِناَّم مهَّنأ اوُْنظو اوُج ُ رْخَي
ُ
ُ
ُ
ْ
َ
َ
َ
ُ
َ
َ ْ
ْ
َ
ُ ُ
راصْبلِا يِلوأ اَي او ُ ربَتْعاَف َنيِنِمْؤُملا يِدْيأو مهيِدْيأب مهَتوُيُب َنوُبرْخُي َ بْع ُْ رلا مهبولق يِف
ِ ُ
ِ َ
ُ ِ ِ
ِ
ِ
َ ْ ِ
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kam-
pung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak
menyangka bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin bahwa benteng-
benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah. Maka Allah
mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-
sangka. Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka, lalu mereka memus-
nahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-
orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran Hai
orang-orang yang mempunyai wawasan. (QS al-Hasyr/59: 2).
Dapat diketahui dari ayat di atas bahwa Allah memerintahkan kepada kita
untuk mengambil pelajaran. Kata iktibar di sini berarti melewati, melampaui, memin-
dahkan sesuatu kepada yang lainnya. Demikian pula arti qiyas yaitu melampaui suatu
hukum dari pokok kepada cabang maka menjadi (hukum) yang diperintahkan. Hal
yang diperintahkan ini mesti diamalkan, karena dua kata tadi iktibar dan qiyas
memiliki pengertian melewati dan melampaui.
Contoh lain misalnya dari firman Allah sebagai berikut:
ُ
َ
َ
َ
َّ
َ ْ
ْ
ْ
يِف مُتْعَ زاَنَت نإَف مُكنِم رْملِا يِل ْ وأو َلوُس َّ رلا اوُعيِطأو َ اللّ اوُعيِطأ اوُنمآ َنيِذلا اهُْيأ اَي
َ
ِ
ْ
َ
ِ ْ
َ
َ
ْ
َ
َ
ُنَسْحأو ٌ رْيَخ َكِلَذ ر ِ خلآا ِ م ْ وَيلاو ِ للّاب َنوُنِمْؤُت مُتنُك نإ لوُس َّ رلاو ِ اللّ ىلإ ُهوُْد ُ رَف ٍءيَش
ْ
ِ ِ
ِ
ْ
َ
ِ
َ
ِ
َ
ْ
ِ
ا ليوأَت
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS al-Nisa/4: 59).
Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan kembali
kepada Allah dan Rasul (dalam masalah khilafiyah), tiada lain adalah perintah supa-
ya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa yang sesungguhnya yang dikehen-
daki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini dapat diperoleh dengan mencari illat hukum yang
dinamakan qiyas.
2