Page 8 - MODUL SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
P. 8
URAIAN MATERI
A. Pengertian Sunah
Sunah secara etimologi berarti metode (al-thariqah), jalan (sabiil), cara yang
dibiasakan atau cara yang terpuji. Sunah juga biasa disebut hadis dan juga mempunyai
beberapa arti, yaitu qarib, yang berarti dekat, jadid yang berarti baru, dan khabar yang
berarti berita. Hadis berarti khabar seperti dalam firman Allah swt.
ْ
ح
ح ح
ح ح
َ ينق دا َ ص اون َ كَ نا ح لِْث م ٍ ثيدَ ح بِ اوُتْأيلَف
ُ
َ
ِ
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur’an itu jika
mereka orang-orang yang benar. (QS al-Tur/52: 34).
Sunah menurut ahli usul seperti yang dikemukakan oleh al-Amidi adalah apa-
apa yang datang dari Rasulullah saw. berupa dalil-dalil syariat, yang bukan dibaca
(maksudnya bukan al-Qur`an) dan bukan mu’jizat. Sementara menurut ulama fikih
sunah adalah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi saw. dan hukumnya tidak fardu
dan tidak wajib, yakni hukumnya sunah.
Sunah atau hadis dalam pengertian yang lebih umum ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi saw. dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir
(penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri’
(pensyari’atan) bagi umat Islam.
B. Kedudukan Sunah sebagai Sumber Hukum Islam
Sunah merupakan segala hal yang disandarkan kepada Nabi saw. yang dijadikan
dasar untuk menentukan hukum dalam ajaran Islam. Hal ini dikarenakan Nabi saw.
adalah sosok yang mulia dan menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Para ulama ahli usul fikih menjadikan sunah untuk menentukan hukum Islam
setelah tidak ditemukan keterangan dalam al-Qur'an. Oleh karena itu, para ulama
sepakat menempatkan sunah sebagai sumber pokok ajaran setelah al-Qur’an. Para
ulama telah bersepakat bahwa sunah dapat berdiri sendiri dalam mengadakan hukum-
hukum, seperti menghalalkan atau mengharamkan sesuatu. Kekuatannya sama dengan
al-Qur’an.
Penempatan sunah atau hadis sebagai sumber pokok ajaran setelah al-Qur’an
didasarkan atas argumen bahwa antara al-Qur’an dan sunah terdapat perbedaan
ditinjau dari segi redaksi dan cara penyampaian atau cara penerimaannya.
1. Dari Segi Redaksi
Diyakini bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah swt. yang disusun langsung
redaksinya oleh Allah swt. sedang malaikat Jibril sekedar penyampai wahyu tersebut
kepada Nabi saw. tanpa perubahan sedikitpun. Wahyu tersebut kemudian disampaikan
oleh Nabi saw. kepada umatnya yang terlebih dahulu ditulis oleh sekretaris beliau yang
ditugasi khusus menulis dengan disaksikan oleh beberapa sahabat untuk menjaga
kemurnian wahyu Allah swt. tersebut. Selain ditulis, wahyu tersebut sekaligus dihafal
2