Page 11 - MODUL SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM
P. 11

Sepertiga itu banyak dan besar. Sebab jika kamu meninggalkan ahli warismu
                           dalam keadaan kecukupan adalah lebih baik daripada jika kamu meninggalkan
                           mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang banyak. (HR.
                           Bukhari dan Muslim).
                     c. Mengkhususkan Keumuman ( ماعلا صيصتخ)
                           Misalnya  Allah  berfirman  secara  umum  tentang  keharaman  makan  bangkai
                     (binatang yang tidak disembelih dengan nama Allah) dan darah dalam firman-Nya:
                       ➔⧫☺                        ◼⧫                 ⧫
                                                  ⧫◆         ◆

                           Diharamkan  bagimu  (memakan)  bangkai,  darah,  daging  babi…  (QS  al-
                           Maidah/5: 3).

                           Kemudian Rasulullah saw. mengkhususkannya dengan memberikan pengecuali-
                     an kepada bangkai ikan laut, belalang, hati dan limpa dalam sabdanya:
                                                                                   ِ
                                                                                         ِ
                                                                                                     ِ
                                        ِ
                                                  ِ
                                                                        ِ
                                             ِ
                                      ُ لاحِ طلاو دبَ كْلاف نامَّ دلا اَّ مَأو دارْ لْاو    توْ لْاف نات ت يمْلا اَّ مَ أف نامدو نات ت يم مُ كَ ل تَّ لحُأ
                                                                                 َ
                                                َ
                                            ُ
                                                          َ ُ
                                                                                                   ْ
                                      َ
                                                    َ
                                                                 ُ ُ
                                          َ
                                                                                          َََْ ْ
                                                                                     ََ َ
                                                             ََ َ
                                                                      َ َََْ
                           Dihalalkan bagi kalian dua macam bangkai dan dua macam darah. Dua macam
                           bangkai itu ialah bangkai ikan air dan belalang. Sedangkan dua macam darah itu
                           ialah hati dan limpa (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim).
                           Demikian juga dalam masalah pusaka-mempusakai antara anak dan kedua orang
                     tuanya disebutkan secara umum oleh Tuhan dalam firman-Nya:
                                                                                   ِ ِ
                                                                                                    ِ
                                                                        ِ
                                                                              ِ َّ
                                                                 ِ
                                                                                            ِ
                                                                  يّي ثنُلأا ِ ظح لثم ِ ركذلل مكدلَوَأ فِ للَّا مُ كيصوي ُ
                                                                             ْ َ
                                                                                      ُ َ
                                                                  ََْ
                                                                                         ْ
                                                                                     ْ
                                                                                             ُِ ُ
                                                                         َ ُ
                           Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
                           yaitu:  bahagian  seorang  anak  lelaki  sama  dengan  bagahian  dua  orang  anak
                           perempuan (QS al-Nisa’/4: 11).
                           Dalam ayat tersebut dikatakan secara umum orang tua yang mewariskan harta
                     peninggalannya kepada anak-anaknya. Kemudian keumuman itu ditakhshsishkan oleh
                     sabda Rasulullah saw.:
                                                                       ر
                                                                 ةقدص انْ ك ت ام ثرون لَ
                                                                ٌََ َ َ َ     َ     -  َ   َ    ءايبنلَا رشاعم  –       ننح
                                                                       َ َ ُ ُ
                           Kami, khususkan para Nabi, tidak dapat diwarisi. Apa yang kami tinggalkan
                           adalah sebagai sedekah. (HR. Muttafaq alaih).
                           Perkataan anak dalam ayat tersebut juga dilukiskan secara umum dengan lafaz
                     ”awladukum”  (anak-anakmu).  Kemudian  anak  tersebut  dikhususkan  oleh  Nabi
                     Muhammad saw. kepada anak yang dapat mewarisi. Sedang anak yang tidak berhak
                     mempusakai  harta  orang  tuanya,  misalnya  karena  ia  membunuh  orang  tuanya,
                     dikeluiarkan dari pengertian umum itu, mengingat sabda Rasulullah:
                                                                                   ئيش لوتقلما نم لتاقلل سيل
                           Tidak ada hak bagi si pembunuh mempusakai harta peninggalan or yang dibunuh
                           sedikitpun. (HR. al-Nasa’i).

                                                                                                      5
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16