Page 7 - MODUL JUAL BELI
P. 7
3. Shighah
Shighah dalam akad ‘ariyah adalah bahasa komunikasi atau ucapan. Sighah
berfungsi sebagai penegas bahwa akad ‘ariyah sudah dijalankan dengan baik dan
benar. Sighah di sini bisa meliputi ijab dan qabul. Ijab berarti ucapan dari mu’ir bahwa
dirinya meminjamkan barang yang mengandung nilai guna pada mu’ar, sedangkan
qabul adalah pernyataan yang menunjukkan bahwa mu’ar telah mendapatkan izin
untuk mengambil manfaat dari barang milik mu’ir.
C. Macam-macam ‘Ariyah dan Tanggung Jawab Atasnya
Setelah mempelajari tentang rukun dan syarat transaksi ‘ariyah yang benar
menurut aturan hukum Islam, muncul pertanyaan: seberapa lama seseorang berhak
meminjam barang dan sejauh mana barang bisa dimanfaatkan? Pertanyaan tentang
tempo dan ruang pemanfaatan barang ini mengantarkan pada konsep baru tentang
‘ariyah. Ada batasan atau tidak adanya batasan atas barang yang dipinjamkan
merupakan bahasan tersendiri dalam ilmu fikih.
1. Macam-macam ‘Ariyah
Terdapat dua macam ‘ariyah yaitu: ‘ariyah muqayyadah dan ‘ariyah muthlaqah.
a. ‘Ariyah Muqayyadah
‘Ariyah Muqayyadah adalah bentuk pinjam-meminjam barang yang bersifat
terikat dengan batasan-batasan tertentu. Dengan adanya batasan ini, maka peminjaman
barang harus mengikuti batasan yang telah ditentukan atau disepakati bersama.
Pembatasan dapat berupa apa saja, baik itu pembatasan waktu atau tempat maupun
poin-poin lain yang disepakati bersama sejak awal. Apabila batasan-batasan ini telah
dilanggar, maka pelanggar bisa dijatuhi hukuman, setidaknya dihukumi bersalah.
Dengan demikian, jika pemilik barang mensyaratkan pembatasan waktu, tempat, atau
batasan lain tersebut, maka seseorang tidak memililki pilihan lain selain mentaatinya.
Contoh, mobil hanya boleh dipinjam sehari dalam radius 100 kilometer. Batasan waktu
dan jarak tempuh untuk mobil ini harus ditaati oleh peminjam barang.
‘Ariyah muqayyadah ini biasanya berlaku pada objek yang bernilai besar,
sehingga mu’ir merasa khawatir atas musta’ir jika tidak diberi batasan semacam itu.
Namun, jika pembatasan dari mu’ir menyebabkan musta’ir tidak dapat mengambil
manfaat dari barang pinjamannya, maka pembatasan itu tidak berlaku. Contoh, mobil
hanya dibolehkan dipakai dalam radius 100 kilometer, sedangkan kebutuhannya 1.000
km. Pembatasan yang mustahil semacam ini memembatalkan pembatasan. Dengan
demikian, musta’ir boleh melanggar batasan selama terdapat kesulitan untuk meman-
faatkan barang pinjaman. Contoh, A meminjam mobil pada B selama 24 jam. Tiba-
tiba, di sebuah perjalanan terjadi kecelakaan yang tidak memungkinkan musta’ir (A)
untuk mengembalikan mobil pada mu’ir (B) dalam jangka waktu 24 jam. Sebab, mobil
harus masuk bengkel dan menjalani reparasi dalam durasi waktu yang lebih lama.
Tanpa sepengetahuan dan seizin mu’ir pun, musta’ir boleh melebihi batas waktu 24
jam.
5