Page 10 - MODUL JUAL BELI
P. 10

Seseorang merasa barang yang ada di tangannya itu adalah barang pinjaman,
                     sehingga saat mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya tidak diwajibkan
                     memberikan upeti tertentu.  Sedangkan orang yang memiliki barang merasa bahwa
                     barangnya yang dipinjamkan itu adalah barang sewaan, sehingga harus dikembalikan
                     beserta uang sewanya. Jika barang rusak maka harus diganti biaya perawatan dan ganti
                     rugi.
                           Dalam kasus pertentangan klaim di atas, apakah barang itu barang pinjaman atau
                     barang sewaan maka klaim musta’ir adalah klaim yang dimenangkan. Yaitu, klaim
                     bahwa barang yang ada di tangannya adalah barang pinjaman, bukan barang sewaan.
                     Namun,  musta’ir  harus  diikat  dengan  sumpah  bahwa  dirinya  memang  meminjam
                     bukan menyewa.
                           Kasus lain yang mungkin melibatkan pertentangan klaim adalah soal pengem-
                     balian barang, apakah barang sudah dikembalikan atau belum dikembalikan. Boleh
                     saja seorang musta’ir mengatakan bahwa dirinya telah mengembalikan barang yang
                     pernah dipinjamnya. Sedangkan  mu’ir  menolak itu dan mengatakan bahwa barang
                     belum dikembalikan.
                           Dalam  kasus  seperti  itu,  klaim  dari  mu’ir  adalah  klaim  yang  dimenangkan
                     dengan catatan, mu’ir wajib bersumpah atas pernyataannya. Mu’ir harus bersumpah
                     bahwa  barang  miliknya  belum  dikembalikan.  Setelah  bersumpah  selesai,  maka
                     klaimnya adalah klaim yang harus dimenangkan.
                        3.  Tempo Berakhirnya Akad ‘Ariyah
                           Kapan transaksi akad ‘Ariyah berakhir? Ada banyak alasan yang bisa menyebab-
                     kan akad ‘ariyah itu berakhir. Berikut ini adalah momen dan faktor yang mengakhiri
                     akad ‘ariyah.
                     Pertama, mu’ir meminta barang untuk dikembalikan oleh musta’ir. Apabila dua belah
                     pihak sepakat untuk mengembalikan barang/musta’ar, maka secara otomatis traksaksi
                     sebelumnya sudah selesai/berakhir.
                     Kedua, musta’ir mengembalikan barang yang dipinjam kepada mu’ir baik sesudah
                     tempo  yang  disepakati  berdua  maupun  sebelum  tempo  itu  berakhir.  Sebab,  akad
                     ‘ariyah adalah akad yang jaiz, artinya boleh dikembalikan kapan saja.
                     Ketiga, salah satu dari dua pihak (mu’ir dan musta’ir) menjadi tidak lagi cakap hukum
                     dalam  melakukan  akad  ‘ariyah.  Hal  itu  bisa  disebabkan  oleh  kegilaan  dari  salah
                     satunya. Jika mu’ir atau musta’ir kehilangan akal sehat maka akad ‘ariyah dengan
                     sendirinya sudah batal.
                     Keempat, salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak bisa melanjutkan tasharruf.
                     Hal itu bisa disebabkan oleh kematian. Apabila salah satu dari mu’ir atau musta’ir
                     adalah yang meninggal dunia, maka akad ‘ariyah berakhir dengan sendirinya. Apabila
                     salah satu faktor ini terjadi maka akad ‘ariyah berakhir secara otomatis. Tidak ada
                     salah satu pihak yang bisa melanjutkan argumentasi atau memperpanjang persoalan.
                     Sebab, dua orang yang melakukan transaksi sudah tidak bisa dikonfirmasi lagi.










                                                                                                      8
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15