Page 8 - MODUL JUAL BELI
P. 8

Jika  ada  perbedaan  pendapat  antara  mu’ir  dan  musta’ir  tentang  lamanya
                     waktu meminjam, berat/nilai barang, tempat, dan jenis barang, maka pendapat yang
                     harus  dimenangkan  adalah  pendapat  mu’ir  karena  dialah  pemberi  izin  untuk
                     mengambil manfaat barang pinjaman tersebut sesuai dengan keinginannya. Menurut
                     jumhur ulama, dalam konteks ‘ariyah muqayyadah, musta’ir hanya boleh memakai
                     barang sesuai ijin mu’ir.
                     b.  ‘Ariyah Muthlaqah
                           ‘Ariyah muthlaqah adalah bentuk pinjam-meminjam barang yang tidak dibatasi
                     oleh  ketentuan  apapun.  Melalui  akad  ‘ariyah  ini,  musta’ir  diberi  kebebasan  untuk
                     memanfaatkan barang pinjaman selama apapun dan dalam ruang seluas apapun. Jika
                     A menyerahkan mobil pada B tanpa ada kesepakatan berupa pembatasan apapun, maka
                     B berhak menggunakan mobil berapa hari pun dan sejauh mana pun.
                           Apabila dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan
                     kendaraan mobil tersebut, misalnya terkait waktu dan tempat mengendarainya, maka
                     praktek  tersebut  dikenal  dengan  ‘ariyah  muthlaqah.  ‘Ariyah  muthlaqah  ini  sering
                     terjadi di  kalangan  mu’ir  atau musta’ir  yang sudah saling percaya satu  sama lain.
                     Karena  itulah,  hukum  adat  menjadi  berlaku.  Batas  waktu  dan  batas  ruang  harus
                     disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Tidak boleh menggunakan
                     kendaraan tersebut siang malam tanpa henti, dan dalam radius yang sangat jauh tanpa
                     kendali.  Jika  penggunaannya  tidak  sesuai  dengan  kebiasaan  dan  barang  pinjaman
                     rusak,  maka  mu’ir  harus  bertanggung  jawab.  Menurut  ulama  Mazhab  Hanafiyah,
                     dalam status  ‘ariyah muthlaqah, musta’ir  berperan sepenuhnya sebagai  malik  atau
                     pemilik barang.
                        2. Tanggung Jawab atas Barang Pinjaman
                           Hal penting lain yang harus diperhatikan oleh musta’ir adalah soal biaya atau
                     nafakah  barang  pinjaman.  Ulama  Hanafiyah  mengatakan,  musta’ar  atau  barang
                     pinjaman  itu  adalah  sepenuhnya  amanah  dan  tanggung  jawab  musta’ir  atau  si
                     peminjam dalam situasi atau momen-momen pemanfaatan.
                           Sebaliknya, di luar momen pemanfaatan, maka barang pinjaman bukan tanggung
                     jawab musta’ir, kecuali sengaja lalai dan abai. Sebab, pada diri si peminjam itu sendiri
                     tidak ada alasan untuk menanggung beban tanggung jawab, kecuali sejak awal sudah
                     masuk kategori ‘ariyah muqayyadah. Contoh, A boleh memakai mobil milik B dengan
                     catatan jika hilang atau rusak, baik lalai atau sengaja, maka wajib ganti. Ini sudah
                     masuk kategori muqayyadah
                           Jumhur ulama mengatakan bahwa barang pinjaman sepenuhnya berada di bawah
                     tanggung jawab si peminjam atau musta’ir, baik sengaja atau tidak, sesuai nominal
                     barang saat terjadi kerusakan. Sebab, ada sabda Nabi: “ariyah itu tanggung jawab,”
                     (HR.  Abu  Daud,  Nasai,  Ahmad  dan  Hakim).  Jadi,  tidak  ada  alasan  lain  selain
                     bertanggung jawab sepenuhnya.









                                                                                                      6
   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13