Page 6 - Majalah Edisi 3
P. 6

l a p o r a n  u t a m a



              “KEJATUHAN PAHAT PRABAKARA” DALAM KILASA
                                SEJARAH LAHIRNYA SENI UKIR

               Kota  Jepara  dikenal         saja  Sungging  Prabangkara        untuk  meneruskan  kesenian
         sebagai  Kota  Ukir  tentu  saja    mengambil kesempatan tersebut.     mengukir.  Menurut  cerita  yang
         karena  kerajinan  seni  ukir  dan       Sungging  Prabangkara         beredar  dimasyarakat  Jepara,
         para  pengrajin  yang  sampai       dikisahkan belajar ukiran di Cina,   p e r a l a t a n   i t u   k e m u d i a n
         sekarang masih menjaga kualitas     namun  dia  memiliki  keahlian     ditemukan oleh seorang nelayan
         dan eksistensi karyanya, terlepas   dasar  sebagai  pelukis.  Di       yang pulang dari jum'atan, hingga
         dari fenomena maupun dinamika       kekaisaran  Cina,  Sungging        mendapat  ilham  untuk  mulai
         p e r u b a h a n   s t r u k t u r   dikisahkan  disuruh  untuk       mengukir  menggunakan  alat
         perekonomian di Jepara saat ini.    melukis seorang permaisuri raja    tersebut.  Ukiran  pertama  kali
               Sebenarnya  banyak  versi     dalam  keadaaan  tanpa  busana,    yang  dibuat  yaitu  mengukir
         sejarah  mengenai  awal  mula       (dalam  versi  lain  Prabhakara    kepala  perahu  karena  sebelum
         lahirnya  kesenian  ukir  di  Bumi   dikisahkan mengukir permaisuri    menjadi  pengukir  dulu  warga
         Kartini  tersebut,  foklor  yang    Raja  Brawijaya).  Saking  indah   jepara  mayoritas  pekerjaannya
         berkembang  dimasyarakat  salah     dan  detailnya  lukisan  tersebut   sebagai  nelayan.  Dalam  versi
         satunya  memunculkan  versi         sampai  tergambar  tahi  lalat  di   lain,  Prabakara  sendirilah  yang
         sejarah yang mengatakan bahwa       b a g i a n   k e w a n i t a a n   s a n g   mengajarkan kepada masyarakat
         tradisi  kesenian  ukir  muncul     permaisuri.  Melihat  lukisan  itu,   tentang kesenian ukir di berbagai
         b e r m u l a   d a r i   p e r i s t i w a   s a n g   R a j a   m a r a h   k a r e n a   daerah tersebut.
         “Kejatuhan  Pahat  Prabakara”.      m e n g e t a h u i   S u n g g i n g    Pusaka  tersebut  kemudian
         Prabangkara  atau  yang  lebih      Prabangkara  telah  menghianati    dikembangkan menjadi beberapa
         dikenal  dengan  nama  Joko         keinginan sang Raja dengan tidak   mata  pisau  pahat  atau  tatah.
         Sungging  Prabhakara  sendiri       s e n o n o h   m e l u k i s   b a g i a n   Benda  pusaka  berupa  tatah,  di
         merupakan  anak  selir  dari  Raja   terlarang.  Dalam  versi  lain    Jepara  dikembangkan  dengan
         Brawijaya.                          Prabhakara  tidak  melakukan       jumlah  30  tatah  terdiri  dari  10
               D i   m a s a   K e r a j a a n   pelukisan  secara  langsung,   bilah tatah penyilat dan 20 bilah
         Majapahit,  Joko  Sungging          melainkan  melalui  media          tata  penguku.  Sedangkan  untuk
         Prabhakara  adalah  seorang         penerawangan dan meditasi.         tambahan  antara  lain,  4  bilah
         pelukis  dan  ahli  pahat  yang          Sebagai  hukuman,  sang       tatah  coret,  7  bilah  tatah  coret
         sangat terkenal, banyak karya dan   Raja  memerintahkan  Sungging      bengkok.  10  bilah  tatah  kol,  2
         lukisan  yang  telah  dihasilkan    untuk  melukis  Kekaisaran  Cina   bilah tatah kol bengkok. 7 bilah
         oleh  Sungging  Prabangkara.        dari  atas.  Jaman  dahulu  belum   tatah propil, 6 bilah tatah penyilat
         S u n g g i n g   P r a b a n g k a r a   ada alat yang bisa melihat obyek   bengkok, 4 bilah tatah pengot dan
         dikisahkan mempunyai keahlian       dari ketinggian. Maka sang Raja    5  buah  tatah  buluk.  Masing-
         khusus dalam bidang seni, dalam     menyuruh  para  prajurit  untuk    masing  tatah  atau  pisau  pahat
         sumber  lain  sosok  Sungging       menerbangkan  layang-layang        mempunyai fungsi yang berbeda-
         Prabhakara  terkenal  dengan        yang  sangat  besar.  Layang-      beda,  sehingga  menghasilkan
         kesaktiannya,  bahkan  mampu        layang  ini  kemudian  menjadi     seni ukir yang bernilai tinggi.
         melukis diatas air.                 media  Sungging  untuk  melihat         Terlepas  dari  cerita  yang
               Sebagai  seniman  lukis,      bangunan  kekaisaran  Cina  dari   berkembang  di  Masyarakat
         Sungging  Prabangkara  juga         atas.  Namun karena tiupan angin   tersebut,  Jepara  memang  tidak
         pernah diutus untuk mendatangi      yang  kencang,  malapetaka  pun    dapat dipisahkan dari tradisi seni
         Kerajaan Galuh Padjajaran untuk     terjadi.  Beberapa  pusaka  milik   ukir. Hingga Jepara pun dikenal
         melukis  kecantikan  Putri  Dyah    Sungging jatuh dan beterbangan.    luas di seluruh penjuru Nusantara
         Ayu Pitaloka. Karena kecantikan     Benda pusaka yang beterbangan      dengan  julukan  "kota  ukir",
         dan  kemiripan  lukisan  dengan     tersebut  dikisahkan  jatuh  di    rupanya  kemampuan  mengukir
         sosok  sang  putri,  akhirnya  Raja   Mulyoharjo  belakang  gunung     orang  Jepara  telah  mendarah
         Majapahit  ingin  mempersunting     J e p a r a   ( G u n u n g   M u r i a ) ,   daging  dan  menjadi  skill  yang
         Putri Dyah Ayu Pitaloka.            Pasuruan, dan Bali.                diturunkan  dari  nenek  moyang,
               B e g i t u   t e r k e n a l n y a   Pusaka  milik  Sungging    bahkan  untuk  belajar  mengukir,
         Sungging  Prabangkara,  sampai      Prabangkara  yang  jatuh  di  tiga   o r a n g   j e p a r a   h a n y a
         dia pun ditugaskan melukis dan      daerah  yang  berbeda  tersebut,   membutuhkan satu bulan saja.
         memahat  di  Kerajaan  Cina.        kemudian  menjadi  cikal  bakal
         Sebagai delegasi Majapahit, tentu   warga Jepara, Pasuruan, dan Bali



                                                                            TH. 2020 | EDISI 03 | EKONOMIKA 5
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11