Page 51 - GURU_VINA MELINDA_SMAN 11 SURABAYA_PENGEMBANGAN MEDIA E-MOSSI
P. 51

Pertemuan  ini  juga  mengesahkan  rencana  untuk  menyusun  program  iklim  dunia  (World  Climate
            Program/WCP) dibawah tanggungjawab World Meteorological Organization (WMO) bersama International
            Council of Scientific Unions (UNEP) dan International Council of Scientific Unions (ICSU). Untuk menyokong
            pemahaman yang lebih baik bagi pembuat kebijakan dan publik secara keseluruhan mengenai apa yang
            dilakukan oleh para periset perubahan iklim, UNEP dan WMO selanjutnya membentuk IPCC pada tahun
            1989. IPCC diberi mandat untuk melakukan asesmen terhadap situasi pengetahuan tentang sistem iklim
            dan perubahan iklim, lingkungan, dampak sosial dan ekonomi, perubahan iklim dan strategi respons yang
            memungkinkan. Sejumlah konferensi antar pemerintah yang berfokus pada perubahan iklim diadakan pada
            akhir 1980-an dan awal 1990-an. Bersama dengan semakin banyaknya bukti ilmiah, konferensi-konferensi
            ini membantu meningkatkan kesadaran internasional tentang masalah perubahan iklim. Peserta konferensi
            meliputi  pembuat  undang-undang  pemerintah,  ilmuwan,  dan  aktifis  lingkungan.  Pertemuan  tersebut
            membahas masalah baik dari segi sains dan sosial serta menyerukan aksi global. Beberapa konferensi
            pencetus diantaranya adalah Konvensi Wina (1985), Konferensi Villach (Oktober 1985), Konferensi Toronto
            (Juni 1988), Konferensi Ottawa (Februari 1989), Konferensi Tata (Februari 1989), Konferensi dan Deklarasi
            Hague (Maret 1989), Konferensi Tingkat Menteri Noordwijk (November 1989), Cairo Compact (Desember
            1989), dan Konferensi Bergen (Mei 1990).

                 Kemudian Konferensi Iklim Dunia ke-2 diselenggarakan di Jenewa pada tahun 1990. Berbeda dengan
            konferensi pertama, konferensi ini lebih bersifat politis karena lebih banyak dihadiri oleh para menteri dari
            137 negara. Namun karena publik internasional mulai beraksi karena rentetan gelombang panas dan badai
            destruktif yang tidak lazim di Amerika dan dibeberapa tempat ditambah penemuan lubang Ozon di Antartika
            tahun 1985, pada Desember 1990 majelis umum PBB setuju untuk memulai melakukan perundingan untuk
            membentuk  perjanjian.  Hasilnya  majelis  umum  PBB  membentuk  The  Intergovernmental  Negotiating
            Committee for a Framework Convention on Climate Change (INC/FCCC) yang menjadi wadah tunggal
            proses negosiasi antar pemerintah di bawah naungan majelis umum PBB.

                 INC/FCCC  mengadakan  pertemuan  dalam  4  sesi  antara  Februari  1991  hingga  Mei  1992.  INC
            menyusun kerangka kerja perubahan iklim yang diluncurkan pada Konverensi Tingkat Tinggi Bumi (KTT) di
            Rio  de  Janeiro  Brazil  pada  1992.  Terdapat  154  negara  peserta  KTT  menandatangani  kerangka  kerja
            perubahan  iklim  yang  selanjutnya  disebut  United  Nations  Framework  Convention  on  Climate  Change
            (UNFCCC). Tujuan UNFCCC adalah menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sampai tingkat
            yang mampu mencegah campur tangan manusia dengan sistem iklim. Kerangka kerja ini tidak menetapkan
            batas emisi gas rumah kaca yang mengikat terhadap setiap negara dan tidak mencantumkan mekanisme
            penegakan  hukum  namun  kerangka  kerja  ini  menentukan  bagaimana  perjanjian  internasional  tertentu
            (protokol) dapat mengatur batas gas rumah kaca berlandaskan hukum yang benar-benar mengikat.









                                                                                                                 50
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56