Page 28 - Modul Manajemen Asuransi Kesehatan
P. 28
intervensi dengan menjual barang di bawah harga pasar atau memberikan
subsidi khusus kepada orang miskin atau petani.
Karena sifat uncertainty yang mengundang usaha asuransi, maka
kini banyak pemain baru dalam dunia asuransi kesehatan. Kolusi antara
dokter-rumah sakit dan perusahaan farmasi menyebabkan harga pelayanan
kesehatan terus semakin mahal. Perubahan rumah sakit menjadi
perusahaan jawatan dan badan usaha milik daerah yang dimungkinkan
dengan keluarnya berbagai peraturan pemerintah dan Kepres, akan
meningkatkan biaya pelayanan rumah sakit. Puskesmas yang
diswadanakan, khususnya di DKI, juga menyebabkan biaya berobat di
puskesmas semakin mahal. Resiko sakit perorangan semakin mahal, maka
demand baru terbentuk; membeli asuransi kesehatan. Bagaimana
pentaripan asuransi? Tidak bisa dilepaskan dari tarif jasa dokter, rumah
sakit, obat, laboratorium, dan alat-alat medis lainnya. Bisakah asuransi
mendapatkan harga yang pantas (fair) dari rumah sakit? Sulit! Meskipun
perusahaan asuransi/bapel JPKM dapat memperoleh harga yang lebih
murah, mereka juga punya interes untuk mendaptkan untung. Sementara
provider masih tetap memiliki market power yang kuat. Pasar pelayanan
kesehatan di Indonesia masih merupakan seller market. Tidak banyak
pilihan bagi perusahaan asuransi, kecuali mengeruk keuntungannya (dalam
jangka panjang) dari pihak pasien/konsumen. Dalam jangka pendek bisa
saja perusahaan masih beroperasi dengan merugi, tetapi tidak mungkn
untuk jangka panjang. Tentu saja sebagai “perantara”, perusahaan
asuransi/bapel JPKM akan mencari untung dari kedua pihak, pihak
peserta/pemegang polis dan pihak provider. Maka kini, seorang
pasien/konsumen/peserta mendapatkan dua pelaku yang sama-sama
melirik kantong mereka.
17