Page 195 - Ayah - Andrea Hirata
P. 195

182 ~ Andrea Hirata


          lalu pergi lama, lalu menginap, lalu tak pulang-pulang. Untuk

          membuat cerita panjang menjadi pendek. Dia tak bahagia.
          Jiwanya terlalu rebelious, penuh pemberontakan, untuk terikat
          kepada seorang suami dan anak. Apalagi, suami itu tak pernah
          diinginkannya. Baginya, tak ada hal yang lebih mengerikan di
          dunia ini selain terjebak dalam pernikahan yang tak bahagia.

              Sabari tak pernah ribut-ribut, apalagi semua hal rasanya
          beres jika dia melihat bayi yang tumbuh dengan cepat dan
          merona-rona itu.  Matanya selalu berbinar,  mulutnya selalu
          tersenyum. Dia selalu rindu kepada Lena, tetapi Zorro telah
          menjadi pengganti Lena, dengan kegembiraan yang berlipat-
          lipat.
              Sabari  membelikan  anak  itu boneka Zorro. Si kecil
          menggenggamnya, tak pernah mau melepaskannya. Jadilah

          Sabari menamainya Zorro. Jika mendengar Sabari menyebut
          Zorro, anak itu menoleh-noleh mencari sumber suara, lalu
          tergelak-gelak.  Di telinga Sabari  tawanya seperti air  hujan
          yang berjatuhan di danau.
              Dari wajah anak kecil itu setiap orang dapat menduga

          apa yang telah terjadi. Wajah anak itu lonjong macam biji
          buah  tandong. Wajah Sabari macam  bola bekel. Telinganya
          macam  pucuk  daun  sirih.  Telinga Sabari macam  telinga
          wajan. Anak itu tampak sangat cerdas. Sabari tampak jauh,
          asing, terpencil dari sesuatu yang berbau ilmu dan sekolah.
              Persamaannya dengan Sabari hanya satu, yaitu sama-
          sama murah senyum. Kata para tetangga, si kecil yang meng-
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200