Page 198 - Ayah - Andrea Hirata
P. 198
Ayah ~ 185
Aku, waktu, dan kawan-kawanku.
Kulihat kawan-kawanku di laut
Kulihat kawan-kawanku di lubang-lubang tambang
Kulihat kawan-kawanku di sudut-sudut pasar
Kulihat kawan-kawanku di pabrik-pabrik
“Hai, tahukah kau?” Kawanku bertanya
“Kawanmu sudah pergi.”
Kulihat waktu telah memberiku semuanya
Kulihat waktu mengambil semuanya
“Tidakkah kau bersedih, Kawan?” tanya kawanku
Tidak, karena waktu juga kawanku
Markoni duduk sendiri, dekat jendela warung kopi,
membaca tiga lembar surat pengunduran diri Sabari. Terha-
ru dia membaca puisi perpisahan sebagai pembuka surat dari
lelaki yang lugu itu.
Sebagai pemimpin pabrik, merasa terhormat dia mem-
baca bahwa Sabari sangat mencintai pekerjaan dan rekan-
rekan kerjanya, dan bahwa dia telah bertekad untuk menjadi
pegawai teladan paling tidak tujuh kali berturut-turut.
Sebagai mertua Sabari sekaligus kakek dari anak kecil
itu, tersentuh dia membaca bahwa Sabari mengundurkan diri
dari pekerjaan karena harus mengurus anaknya, dan betapa

