Page 193 - Ayah - Andrea Hirata
P. 193

180 ~ Andrea Hirata








          Barangkali, perasaan yang mustahil dilukiskan dengan kata-
          kata adalah perasaan orang menunggu kelahiran anak. Sa-
          bari disergap perasaan senang yang aneh selama membangun
          rumah kecilnya itu sambil menunggu Lena melahirkan. Pera-
          saan senang itu kemudian terwujud dalam bentuk lebih tekun
          bekerja, lebih menghargai dan lebih sayang pada apa pun.

              Oleh karena itu, dia terpilih lagi sebagai karyawan pab-
          rik teladan. Tepuk tangan gemuruh waktu Markoni, untuk
          kali kedua, mengalunginya medali. Sabari tersenyum, antara
          lain karena tak perlu mengumpulkan tujuh medali untuk me-
          narik perhatian Lena, sebab Lena sudah jadi istrinya. Mau
          meledak dada Sabari mengenang semua itu.

              Di tengah kegembiraan itulah, sore Minggu itu Sabari
          terperanjat melihat ibu mertuanya tergopoh-gopoh menda-
          tanginya. Sabari menyongsongnya. Kata ibu mertuanya, di
          rumah sedang tak ada siapa-siapa dan Lena harus segera di-
          bawa ke klinik karena sakit perut.
              Sabari terpaku macam patung, lalu mendadak dia berla-
          ri pontang-panting ke rumah Lena. Sampai di sana disambar-

          nya sepeda yang ada. Direngkuhnya Lena, dinaikkannya ke
          boncengan seperti menaikkan karung beras enam puluh kilo,
          lalu dilarikannya perempuan hamil tua itu dengan cara me-
          nuntun sepeda tanpa menyadari bahwa dia akan lebih cepat
          jika sepeda itu dinaikinya. Seorang lelaki dengan wajah pa-
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198