Page 203 - Ayah - Andrea Hirata
P. 203

190 ~ Andrea Hirata


              “Oh, oh,  seusia kau bisa merangkak, aku sudah bisa

          membaca!”
              Ukun tak mau kalah.
              “Oh, waktu kau baru bisa duduk, aku sudah hafal Pem-

          bukaan Undang-Undang!”
              Debat kusir yang tadi sudah reda meletus lagi.
              Marlena sendiri, ibu dari anak yang sedang diperdebat-
          kan itu, tak tahu di mana rimbanya. Sudah berbulan-bulan
          dia tak pulang. Markoni angkat tangan tinggi-tinggi meng-

          hadapi anaknya yang susah diurus itu. Lagi pula, Lena sudah
          punya suami, urusan rumah tangga Lena bukanlah urusan-
          nya.

              Macam-macam gosip tentang Lena telah didengar Sa-
          bari. Bahwa Lena dekat dengan si ini dan si itu, bahwa Lena
          lengket lagi  dengan cinta pertamanya waktu SMA,  Bogel
          Leboi, dan mereka diam-diam suka ke Jakarta. Sabari tutup
          mata tutup telinga. Perasaannya kepada Lena tak pernah ber-

          ubah, pasti dan tetap. Dia selalu merindukannya seperti baru
          mengenalnya dulu. Jika Lena pulang, Sabari memperhatikan
          semua keperluannya, sayangnya Lena jarang pulang.

              “Kau tunggu Lena? Sama dengan menunggu pepesan
          kosong, menunggu jerat tak bertali, pungguk merindu bulan.
          Kau pandai bahasa, tentu kau mengerti maksudku, Ri,” kata
          Ukun.
              “Perlukah kujelaskan?” kata Tamat.
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208