Page 204 - Ayah - Andrea Hirata
P. 204
Ayah ~ 191
“Aih, Kawan, apa yang kualami ini belum apa-apa. Ka-
lian tahu? Florentino Ariza menunggu cinta Fermina Daza
hampir 52 tahun! Aku, Sabari bin Insyafi mencintai Marlena
binti Markoni baru sebentar saja, belumlah seberapa.”
“Siapa kau bilang?! Florintino Hamzah?” tanya Tamat.
“Florentino Ariza, bacalah buku sastra, Mat, novel,
Marquez!”
“Itulah masalah kau, Ri, teladanmu hal yang konyol, ki-
sah novel adalah fiksi, khayal, sama dengan dongeng!”
“Namun, bukankah fakta lebih aneh daripada fiksi?” Sa-
bari berkilah, pertengkaran meletus.
Beberapa minggu kemudian ada desas-desus Lena mau
menceraikan Sabari. Banyak orang memang sudah mendu-
ga kisah rumah tangga Sabari akan berakhir tak ubahnya
sandiwara radio Putri Limau Manis, tetapi dengan segenap
kenaif annya. Sabari tak percaya. Walau begitu, tak ayal dia
gelisah.
Sejak kabar itu beredar, Zorro tak pernah lepas dari
pandangannya. Jika Zorro tidur siang, dia menutup jendela
dan pintu rapat-rapat. Hatinya lega jika melihat Zorro masih
ada di situ, tidur melengkung di dipan. Zorro dapat merasa-
kan kecemasan ayahnya. Dia tak mau tidur jika tak dipeluk
ayahnya. Semua itu semakin menghancurkan hati Sabari.
Gosip perceraian itu kian hari kian gencar. Sabari tak ke-
ruan. Dia berharap semua itu hanya kabar burung. Di tengah

