Page 209 - Ayah - Andrea Hirata
P. 209
196 ~ Andrea Hirata
Kamis, Manikam menerima surat panggilan dari pengadilan
agama. Dia tak terkejut karena sudah tahu cepat atau lambat
surat itu akan datang. Dia pun tak langsung membukanya.
Jumat pagi dia menyiapkan diri untuk berangkat ke
kantor sebagaimana biasa. Tak ada yang berbeda, rutin saja.
Apa-apa disiapkannya sendiri karena istri dan kedua anaknya
sudah beberapa waktu tinggal bersama mertua.
Batik, pakaian dinas setiap Jumat, disetrikanya dengan
rapi. Dia berkaca bersisir. Semua dilakukannya dengan sa-
ngat tenang, bahkan lebih tenang daripada sebelum dia me-
nerima surat panggilan pengadilan. Sedikit pun dia tak ter-
pengaruh.
Dibukanya koper untuk mengecek isinya. Pulpen Parker,
notes, kalkulator, kacamata baca, kacamata gaya, saputangan,
sisir jarang antirontok rambut, minyak kayu putih, minyak
wangi Quando Quando, minyak rambut El Confido, obat
pening kepala, sikat gigi, pasta gigi—ukuran hotel melati—
permen yang dapat menghindarkan mulut dari bau macam
tempat sampah, kaus kaki cadangan untuk mengganti jika
kaus kaki sudah berbau macam ban sepeda, gunting kuku,
brosur kartu kredit dengan hadiah langsung rice cooker dan li-
buran dua malam ke Nagoya (bukan Nagoya Jepang, melain-
kan Nagoya Batam), obat tetes mata, dipakai jika kebanyakan
melihat layar komputer, buku 15 Cara Gampang Membangun

